Home > Populer > Jangan Remehkan Kenaikan Angka Putus Sekolah

Jangan Remehkan Kenaikan Angka Putus Sekolah

Lestari-Moerdijat4
Agenda: Anak Putus Sekolah
Repoter: Tim Redaksi

 

JAKARTA, derapguru.com – Pemerintah diminta untuk tidak menganggap remeh fenomena putus sekolah di Indonesia. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka putus sekolah kembali meningkat pada 2022. Padahal, sebelumnya angka putus sekolah mengalami tren penurunan sejak 2016.

“Peningkatan angka putus sekolah selama pandemi maupun disrupsi saat ini menunjukkan kita belum mampu melalui situasi krisis dan ketidakpastian global secara smooth di sektor pendidikan,” tutur Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat melalui rilis, Rabu 7 Juni  2023.

Ririe meminta pemerintah membuka ruang pembelajaran seluas-luasnya bagi setiap anak bangsa. Yakni dengan mengoptimalkan sumber daya semaksimal mungkin untuk memersiapkan generasi emas dan berdaya saing di masa mendatang.

Anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem ini mengatakan, fenomena putus sekolah membutuhkan penanganan dan solusi yang serius. Hal ini menjadi syarat jika bangsa in1i ingin mencerdaskan seluruh anak bangsa, meningkatkan kualitas SDM dan menuju pencapaian kesejahteraan nasional.

Rerie berpendapat, putus sekolah dapat disebabkan berbagai faktor, antara lain ketidakinginan individu untuk melanjutkan sekolah, beban belajar yang terlampau berat, kemalasan, hingga masalah finansial rumah tangga. Politikus Nasdem ini mengingatkan bahwa semua anak memiliki kesempatan yang sama dan dukungan sumber daya yang sama dalam mengenyam pendidikan.

Kapoksi Komisi X Fraksi Nasdem DPR RI, Ratih Megasari Singkarru menuturkan pada periode 2012-2023 rerata peserta didik hanya mengenyam pendidikan delapan tahun. Bahkan di sejumlah daerah tertentu ada yang hanya tujuh tahun. Padahal penerapan wajib belajar selama 12 tahun.

Sejumlah kendala, ujar Ratih, menjadi penyebab kondisi tersebut seperti kondisi ekonomi keluarga, daya tampung sekolah, faktor geografi, pandemi, dan pemahaman keluarga tentang pendidikan. Ia mengatakan, karena kendala finansial, banyak anak usia sekolah terpaksa bekerja. Selain itu, tambahnya, daya tampung SMA dan SMK yang terbatas menyebabkan tidak mampu menampung seluruh lulusan SMP. (za)

You may also like
Peletakan Batu Pertama Gedung PGRI Kota Pekalongan
Siang Ini, 175 Peserta Dari PGRI Jateng Berangkat Menuju Kongres XXIII PGRI
Parah, Indonesia Kekurangan 22.531 Pengawas Sekolah
Pertahankan Minat Anak Pada Seni Lukis Lewat Plasterkit

Leave a Reply