JAKARTA, derapguru.com – Masyarakat masih mengejar selembar ijazah daripada kompetensi saat menempuh pendidikan. Fakta memprihatinkan ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas Dirjen Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi Kemendikbudristekm, Prof Nizam, dalam Webinar Pendidikan Tinggi di Masa Depan, Selasa 18 Oktober 2022.
“Persepsi yang berkembang di masyarakat, rerata mereka hanya mengejar selembar ijazah daripada kompetensi. Inilah tantangan dunia pendidikan di masa mendatang. Kampus-kampus harus bisa menunjukkan bahwa kampus bisa memberikan nilai tambah pada generasi muda kita,” tutur Prof Nizam.
Lebih lanjut, Prof Nizam menyampaikan, tantangan lain pendidikan tinggi adalah akses pendidikan yang belum merata. Ketidakmerataan itu tidak hanya terkait dengan tidak meratanya persebaran kampus, tapi juga tidak meratanya kualitas kampus.
“Jumlah perguruan tinggi kita jumlahnya lebih dari 4.000, atau dua kali lipat dibandingkan perguruan tinggi di negeri China. Namun, tantangannya adalah akses yang belum merata,” tandas Prof Nizam.
Lebih lanjut Prof Nizam menuturkan, pemerintah telah melakukan upaya strategis dan langkah cepat untuk menciptakan sumber daya manusia yang berdaya saing. Salah satunya melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang sekarang sedang dijalankan secara serentak oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
“Kemendikbudristek juga menggandeng swasta melalui program matching fund yang mengkolaborasikan kampus dengan swasta melalui riset-riset,” tandas Prof Nizam.
Dalam kesempatan itu, Prof Nizam juga mendorong perlu sinergitas pengelolaan perguruan tinggi terutama yang ada di kementerian dan lembaga lainnya yang mana anggarannya lebih banyak dibandingkan anggaran pendidikan tinggi di Kemendikbudristek.
“Banyaknya ‘imam’ menyulitkan sinergi penataan penyiapan SDM unggul di masa depan. Kami pada 2022, anggaran pendidikan tinggi Rp22 triliun, jauh lebih rendah bandingkan dengan perguruan tinggi di bawah kementerian dan lembaga lain yang unit cost-nya lebih tinggi 13 hingga 20 kali lipat dibandingkan di Kemendikbudristek. Jumlah mahasiswa mereka juga jauh lebih kecil dibandingkan PTN kita,” imbuh dia. (za)