
Agenda: Dies Natalis ke-42 UPGRIS Reporter: Tim Redaksi
SEMARANG, derapguru.com – Berawal dari jumlah manusia yang semakin banyak, manusia membuat produk-produk buatan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Produk-produk buatan itu mulai bermunculan sejak jumlah manusia terus bertambah dan mulai terjadinya Revolusi Industri di belahan bumi Eropa.
Hal tersebut Pakar Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Prof Rhenald Kasali PhD saat menyampaikan paparan “Tantangan Perguruan Tinggi di Era Disrupsi: Penguasaan Ilmu dalam Pusaran Dunia Kerja” dalam Upacara Peringatan Dies Natalis ke-42 Universitas PGRI Semarang, yang dipusatkan di Balairung UPGRIS, Senin 24 Juli 2023.
“Kita sekarang hidup dalam ‘dunia serba buatan’. Di mulai dari pewarna buatan, untuk membuat hidup lebih menarik dan penuh warna. Lalu dibuatlah pemanis buatan, karena tebu tidak lagi cukup menghasilkan gula. Kemudian disusul vanila buatan karena vanila dibawa ke negara lain tidak bisa berbuah dan di negara lain tidak ada kumbang yang membantu penyerbukan,” tutur Prof Rhenald Kasali.
Semua dilakukan manusia untuk memenuhi beban kebutuhan manusia yang terus bertambah dengan sumber daya alam yang semakin terbatas. Dalam bidang transportasi misalnya, kuda atau onta diubah menjadi kuda besi berwujud motor dan mobil. Lahir pula wajah buatan, organ buatan, dan operasi plastik terjkadi di mana-mana.
“Pada masa kecil, nyaris semua buah-buahan ada bijinya. Kemarin, karena sering bertanya soal alpukat, saya ‘ditawari’ google alpukat tanpa biji. Bayangkan, bagaimana kita mau menanamnya kalau semua tanaman diubah tanpa biji. Inilah Dunia Buatan. Tanaman dimodifikasi DNA-nya, supaya memenuhi kebutuhan manusia. Karena manusia makin banyak, kebutuhan(makanan)-nya pun semakin banyak,” tutur Prof Rhenald Kasali.
Prof Rhenald Kasali juga menyinggung perabadan manusia yang terus memasuki wilayah ‘dunia buatan’. Di Jepang, misalnya, orang-orang sudah tidak bisa memelihata pets karena lahan yang semakin sempit dan jukah penduduk yang terus naik. Mereka kemudian membuat pets buatan bernama ‘tamagotchi’, piaraan buatan untuk menggantuikan kucing atau anjing.
“Bahan mereka mulai membuat boneka seks yang menggantikan perempuan yang dilengkapi dengan teknologi AI untuk bisa bercakap-cakap dengan manusia, lebih pengertian, dan bisa memiliki rasa cemburu. Dan sekarang banyak pria-pria di Jepang menikah dengan boneka-boneka ini,” tandas Prof Rhenal Kasali. (za)