Home > D’PGRI > Takut Anaknya Tak Bisa Antre, daripada Tak Bisa Matematika

Takut Anaknya Tak Bisa Antre, daripada Tak Bisa Matematika

Agenda: Konkerkab, Sosialisasi Perjuangan, dan Daspen
Reporter: Tim Redaksi

 

MAGELANG, derapguru.com – Orang-orang Barat lebih takut anaknya tidak bisa antre daripada tidak bisa mengerjakan pelajaran matematika. Tidak bisa matematika bisa dipelajari cepat melalui les privat. Tapi tidak bisa antre, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menanamkan karakter ini.

Fakta menarik tersebut disampaikan oleh Ketua PGRI Jawa Tengah, Dr Muhdi SH MHum, saat memberikan sambutan dalam acara “Konferensi Kerja Kabupaten, Sosialisasi Perjuangan Organisasi, dan Daspen PGRI Jateng” yang digelar di Rumah Makan Semilir Kota Magelang, Jumat 21 Juli 2023.

“Orang Barat lebih takut anaknya tak bisa antre daripada tak bisa pelajaran matematika. Karena nilai matematika 6 naik menjadi sembilan cukup di-les privatkan pada Pak Guru Matematika. Tapi megajari mereka karakter untuk antre bisa butuh waktu tahunan,” tutur Dr Muhdi.

Dr Muhdi menambahkan, pelajaran antre mungkin terlihat sederhana. Tapi dari hal yang begitu sederhana itu ada pelajaran begitu banyak yang bisa dipetik di dalamnya. Beberapa pelajaran positif yang bida dipetik dari budaya antre di antaranya: belajar disiplin, belajar menghormati, belajar adil, belajar rukun, bahkan sampai belajar komunikasi.

Nek ngantre panjang suwe-suwe kan yo ngobrol sama orang terdekatnya. Masak mau berdiri diam selama setengah jam. Begitu banyak pelajaran yang bisa kita petik dari karakter sederhana bernama antre,” tandas Dr Muhdi.

Terkait dengan perjuangan organisasi dalam memajukan pendidikan, Dr Muhdi menceritakan rentetan perjalanan panjang organisasi dari mulai memperjuangkan adanya Hari Guru yang tanggalnya disesuaikan dengan hari lahir organisasi PGRI sampai dengan perjuangan melawan RUU Sisdiknas yang berpotensi pada terhapusnya predikat guru sebagai profesi dan hilangnya tunjangan profesi guru.

“Setelah pengakuan terhadap guru didapatkan dengan lahirnya Hari Guru, PGRI merasasa pengakuan saja tidaklah cukup. Guru butuh penghormatan dan perlindungan saat menjalankan profesi. Diperjuangkanlah lahirnya UU Guru dan Dosen yang kemudian berimplikasi pula pada lahirnya tunjangan profesi guru,” tandas Dr Muhdi.

Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Ketua PGRI Jateng H Sakbani SPd MH, Sekretaris Umum PGRI Jateng Drs Aris Munandar MPd, Kominfo PGRI Jateng Dr Agus Wismanto MPd, Ketua PGRI Kota Magelang Nurwiyono MPd, Wakil Ketua PGRI Kota Magelang H Susno MPd, dan segenap pengurus serta anggota PGRI Kota Magelang. (za)

You may also like
Sudah Hukum Alam, Perubahan Pasti Terjadi
DR MUHDI-WISUDA UPGRIS 74
Sistem Zonasi Gagal Karena Kita Main Data di Atas Meja
Guru Pensiun Usia 56 Tahun, Dulu Boyolali Sempat Mau Ikuti Purworejo
guru cantik
141 Guru Honorer Terdampak ‘Cleansing’ Telah Kembali Mengajar

Leave a Reply