Home > BERITA > Rhenald Kasali: Kerusuhan 98 Adalah Windows of Opportunity

Rhenald Kasali: Kerusuhan 98 Adalah Windows of Opportunity

Agenda: Dies Natalis ke-42 UPGRIS
Reporter: Tim Redaksi

SEMARANG, derapguru.com – Ketika sebagian besar orang menganggap keruntuhan ekonomi dan tragedi kerusuhan pada tahun 98 sebagai kondisi memperihatinkan secara ekonomi dan sosial. Pakar Ekonomi dari Universitas Indonesia Prof Rhenald Kasali, justru melihatnya sebagai windows of opportunity untuk membangkitkan jiwa kewirausahaan pada bangsa Indonesia.

Hal tersebut dikatakan Pakar Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Prof Rhenal Kasali PhD saat menyampaikan paparan “Tantangan Perguruan Tinggi di Era Disrupsi: Penguasaan Ilmu dalam Pusaran Dunia Kerja” dalam “Upacara Peringatan Dies Natalis ke-42 Universitas PGRI Semarang”, yang dipusatkan di Balairung UPGRIS, Senin 24 Juli 2023.

“Saya berembug dengan teman-teman. Saya kumpulkan fakta-fakta. Dan saya langsung melihat, ini adalah windows of opportunity. Semua orang bingung; di tengah bencana kok Anda memikirkan opportunity? Iya, saya katakan. Lihat itu orang menganggur. Lihat calon-calon sarjana tidak bisa bekerja. Ini tidak hanya butuh satu tahun, tapi bisa sepuluh tahun orang tidak bisa bekerja,” tutur Prof Rhenal Kasali.

Dalam acara yang dimoderatori Ketua PGRI Jateng Dr Muhdi SH MHum tersebut, Prof Rhenal Kasali menyebutkan, kerusuhan dan kehancuran ekonomi disebutnya sebagai windows of opportunity karena beberapa tahun sebelumnya bangsa ini tidak menyadari pentingnya kewirausahaan. Ketika program ini berusaha disebarkan ke masyarakat, banyak respon negatif yang datang terhadap dirinya, padahal perkara kewirausahaan inilah yang membuat masyarakat tetap tangguh meski dalam keadaan berat.

Tak hanya respon masyarakat yang kurang familiar dengan perkara kewirausahaan, lanjut Prof Rhenal Kasali, respon media penyiaran seperti televisi pun kurang bagus untuk urusan kewirausahaan. Hal ini dibuktikan sendiri oleh Prof Rhenal Kasali saat dirinya mendapatkan tawaran untuk membuat program acara televisi, dia mencoba menawarkan program kewirausahaan, tapi dijawab pihak televisi ‘tidak ada tempat untuk acara kewirausahaan’.

“Semua televisi, pada saat ekonomi lagi bagus, lagi pada sombong-sombongnya, karena iklan lagi banyak. Mereka tinggal membuat program-progran yang menghibur. Mula-mulanya film India. Lalu makin terhanyut dalam film-film serba hantu, termasuk para pemburu hantu,” tutur Prof Rhenal Kasali.

Tapi begitu krisis moneter datang menyergap, lanjut Prof Rhenal Kasali, televisi bingung karena tidak ada iklan, tidak ada film, tidak ada duit. Saat itulah dia kembali menawarkan program-program untuk televisi secara gratis, tapi dia mengajukan syarat bahwa program yang dijalankan adalah program tentang kewirausahaan.

“Apa kata orang televisi? Tidak bisa, Pak. Orang Indonesia tidak bisa berwirausaha. Yang bisa berwirausaha hanya orang Padang dan Orang Bugis. Hanya dua itu saja,” tutur Prod Rhenal Kasali menggambarkan situasi yang berkembang saat itu.

Selain orang Padang dan Bugis, yang mengembangkan kewirausahaan secara baik di negeri ini adalah bangsa-bangsa perantauan seperti Tionghoa, India, dan Arab. Mereka tangguh dalam berwirausaha karena harus hidup jauh dari negeri nenek moyang mereka. Mereka bisa menjadi pengusaha karena mereka memiliki ‘mental perantauan’.

“Bukan semata-mata perantauan. Tapi mentalnya adalah mental perantau. Bukan mental yang selalu bersembunyi di bawah ketiak keluarga besar,” tandas tandas Prof Rhenal Kasali.

Keberhasilan dirinya memasukkan program kewirausahaan dalam program televisi kemudian dilirik Bank Mandiri untuk mendorong programnya masuk ke kampus-kampus. Pada akhirnya, kementerian pendidikan mengakomodir program kewirausahaan untuk dapat masuk ke kampus-kampus. (za)

Leave a Reply