
Cilacap, Derapguru.com 18 Oktober 2025
— Sabtu pagi di Gedung Dwija Loka PGRI Kabupaten Cilacap terasa lebih hidup dari biasanya. Ratusan pengurus PGRI dari berbagai cabang se-Kabupaten Cilacap duduk rapi dalam forum Penguatan Kapasitas Pengurus (PKP). Di atas panggung, bukan hanya kata-kata, tetapi semangat solidaritas guru Jawa Tengah yang berdenyut nyata.
Setelah sesi inspiratif dari Ketua PGRI Jawa Tengah Dr. H. Muhdi, S.H., M.Hum., acara berlanjut dengan paparan materi tentang Dana Setiakawan Guru Jawa Tengah (DASPEN) — lembaga yang diam-diam menjadi urat nadi kesejahteraan sosial guru, terutama bagi mereka yang telah purna bakti.
*Daspen Bukan Tabungan, tapi Tali Kemanusiaan*
Membuka sesi kedua, Drs. H. Wahadi, M.H. menyampaikan bahwa DASPEN bukan sekadar lembaga pengelola dana, melainkan simbol gotong royong yang telah bertahan lebih dari tiga dekade.
“DASPEN bukan tabungan, bukan asuransi, dan bukan koperasi. Ia adalah bentuk kesetiawakawanan antarguru — dari guru, oleh guru, dan untuk guru,” tegasnya.
Dengan nada teduh, Wahadi menekankan bahwa nilai yang dibangun DASPEN bukan pada nominal rupiah, melainkan pada rasa percaya. Guru yang memberi iuran tidak sedang menabung untuk dirinya, melainkan menanam kepedulian untuk teman sejawat yang lebih dahulu pensiun atau berpulang.

*Dari Aplikasi Digital ke Transparansi Kolektif*
Paparan berikutnya disampaikan oleh Dr. Saptono Nugrohadi, M.Pd., M.Si., yang membawa suasana forum ke era baru: digitalisasi pengelolaan organisasi.
Saptono memperkenalkan dua wajah baru PGRI Jawa Tengah: Aplikasi Personal DASPEN di laman dansetjateng.org dan KTA Digital PGRI, dua sistem yang kini saling terhubung untuk memperkuat keanggotaan berbasis data real time.
“Sekarang guru bisa memantau status iuran, mutasi, hingga pengajuan pensiun secara daring. Transparansi itu penting karena kepercayaan dibangun dari keterbukaan,” ujarnya sambil menampilkan dashboard akun pribadi miliknya sebagai contoh.
Dalam demo langsungnya, Saptono memperlihatkan bagaimana setiap anggota bisa login, mengecek data keanggotaan, dan memastikan iuran terkini tanpa harus datang ke kantor cabang.
Inovasi ini menjadi wujud nyata dari semboyan baru PGRI Jawa Tengah: solidaritas modern, berbasis data, berjiwa gotong royong.

*Keberlanjutan dan Kemandirian*
Sesi berikutnya dipandu H. Sakbani, S.Pd., M.H., yang menyoroti aspek keberlanjutan keuangan DASPEN. Ia memaparkan portofolio lembaga yang kini tidak hanya mengandalkan iuran anggota, tetapi juga investasi produktif: Hotel Kencana Purbalingga, BPR Guru Jateng, investasi tanah, dan deposito.
“Keberlanjutan lembaga hanya mungkin jika dikelola dengan prinsip profesional. Setiap rupiah di DASPEN adalah amanah guru se-Jawa Tengah, dan harus kembali menjadi manfaat,” ujarnya tegas.
Sakbani menekankan bahwa penguatan tata kelola menjadi prioritas utama Yayasan Dana Setiakawan Guru (YDSGJT) dalam beberapa tahun terakhir. Di hadapan peserta PKP, ia menampilkan grafik rasional anggota masuk dan keluar tahun 2024, yang menunjukkan keseimbangan solid antarwilayah — bukti bahwa semangat kebersamaan guru Jawa Tengah masih sangat hidup.
*Satu Nafas: Dari Solidaritas ke Profesionalisme*
Kegiatan PKP di Cilacap ini bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi refleksi kolektif tentang arah gerak organisasi guru di masa depan.
Dari pembahasan DASPEN yang membumi hingga digitalisasi yang futuristik, semua mengarah pada satu gagasan besar: PGRI harus menjadi rumah yang kuat, transparan, dan berkelanjutan.
Seorang peserta dari PGRI Majenang berkomentar lirih usai sesi acara ini, “Kami datang sebagai pengurus, tapi pulang membawa rasa baru: bahwa organisasi ini benar-benar hidup — dari rasa saling percaya.” (Sapt/Wis)




