Home > Populer > Noe ‘Letto’:  Kita Semua Pernah Goblok

Noe ‘Letto’:  Kita Semua Pernah Goblok

NOE LETTO

SEMARANG, derapguru.com – Tidak ada orang yang tiba-tiba pintar. Semua orang pada awalnya goblok, tapi setelah melalui proses hidup baru kemudian menjadi pintar. Proses itulah yang dinamakan tumbuh. Semua orang akan melalui proses tumbuh sehingga apa yang dilaluinya pada masa lalu akan terlihat aneh ketika dilihat pada masa kini.

Itulah salah satu fenomena yang dikupas Noe ‘Letto’ saat mengisi acara “Bincang Bahasa: Di Ruang Rindu Kita Bertemu” yang digelar di Balairung Universitas PGRI Semarang, Rabu 26 Oktober 2022. Dalam acara yang digelar oleh Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) untuk menyambut “Bulan Bahasa dan Sastra 2022” tersebut, Noe ‘Letto’ ditemani oleh grup band “Wakijo Lan Sedulur”.

Untuk membuktikan ‘kegoblogkan’ setiap orang, lanjut Noe, dia meminta orang-orang untuk melihat kembali status media sosial yang pernah mereka ditulis dua tahun lalu. Dalam status-status lama yang pernah ditulis di facebook, instagram, atau twitter itu, seseorang akan langsung disuguhi bukti betapa lucu dan gobloknya mereka pada masa-masa lalu.

“Anda pernah melihat status Anda dua tahun lalu di media sosia? Apa komentar Anda saat melihat status-status itu kembali?” tanya Noe pada audiens.

Alay, halu,” sahut audiens diikuti tawa renyah memenuhi segenap ruang.

“Itulah bukti bahwa kita semua pernah goblok,” tandas Noe sambil tersenyum.

Meski manusia awalnya tidak pintar, lanjut Noe, tapi karena manusia bertumbuh, manusia akan menjadi pintar dengan sendirinya melalui proses hidup yang dijalaninya. Oleh karena itulah, dalam filsafat Jawa, bila seseorang yang ingin mendapatkan ilmu, dia harus menjalani sebuah proses, ‘ngelmu iku kelakone kanthi laku’.

Sedangkan terkait dengan kebermaknaan hidup, Noe menyinggung tentang persoalan kebermaknaan dari sudut paling kecil, yakni bermakna untuk diri sendiri. Noe mengatakan tak perlu jauh-jauh memikirkan kebermaknaan dalam hidup. Bermakna untuk diri sendiri saja sudah cukup baik. Setelah mampu memberi makna untuk diri sendiri, baru berpikir memberi makna untuk orang lain.

“Mari kita memberi makna mulai dari diri kita sendiri. Dirawat badannya, dirawat akhlaqnya. Baru kita bisa berpikir bermakna untuk yang di luar kita. Sudahlah, bagi yang cowok-cowok, sudah rajin mandi saja sudah cukup bermakna bagi diri sendiri,” tutur Noe disambut tawa audiens. (za)

 

Leave a Reply