
Solo, derapguru.com. Setelah melewati serangkaian seleksi administrasi dan substansi, 879 guru di Jawa Tengah dari berbagai kabupaten dan kota berangkat ke kota kediaman Presiden RI ke 7 Jokowi, di Solo mengikuti kegiatan “Pelatihan Pembelajaran Mendalam (PM) untuk Pengajar Pelatihan Pembelajaran Mendalam Bagi Guru”, Minggu (29/6/2025). Difasilitasi oleh Balai Besar Guru dan Tenaga Kependidikan (BBGTK) Jawa Tengah, mereka tersebar di lima tempat berbeda, mengkaji dan mempelajari tentang PM.
PM sendiri adalah gagasan baru yang dibawa oleh Mendikdasmen baru Abdul Muti yang menggantikan Nadiem Makarim. Selama enam hari kedepan, hingga Jumat (4/7/2025) mereka akan belajar teori dan praktik sebelum nantinya mereka terjun mengajar para guru di daerah-daerah mengimbaskan mengenai PM.
Kepala BBGTK Jawa Tengah yang diwakili oleh Ketua Tim Kerja Data dan Informasi BBGTK Jawa Tengah Wawan Budi Purnomo di Megaland Hotel Solo saat pembukaan kegiatan mengungkapkan, kegiatan ini merupakan langkah strategis dalam menyiapkan para Pengajar Pelatihan Pembelajaran Mendalam bagi guru-guru di seluruh Indonesia, sebagai bagian dari upaya besar menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Para peserta ini merupakan hasil seleksi ketat dari total sekitar 7000 sampai 6.000 pendaftar, yang melalui proses seleksi administrasi dan substansi untuk memastikan kualitas dan kesiapan dalam menyampaikan pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna. Pelatihan ini tidak hanya soal transfer pengetahuan, tetapi juga membangun jejaring antarpengajar untuk saling menguatkan,” ujar Wawan
Ia juga menegaskan pentingnya perubahan paradigma dalam dunia pendidikan dimana guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan, tetapi berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan mendampingi siswa dalam proses pencarian makna.
“Guru masa depan harus mampu menciptakan ruang belajar yang hidup, tidak membosankan, dan memberi ruang eksplorasi bagi murid,” tambah Wawan.
PM Bukan Hal Baru
Salah satu narasumber kegiatan pelatihan tersebut Ika Z Naafiah, Senin (30/6/2025) mengungkapkan bahwa Pembelajaran Mendalam atau Deep Learning bukanlah “makhluk baru” di dunia pendidikan Indonesia. Ia berharap para guru tidak gagap dan terkaget-kaget dengan PM ini, karena menurutnya PM sudah biasa dilakukan oleh guru-guru di Indonesia, namun merupakan penyempurnaan dari CBSA, CTL, Pakem dan lain-lain yang selama ini sudah banyak dipahami oleh guru.
“Dari pengalaman saya kemarin belajar tentang PM di Adelide Australia, sebenarnya apa yang diajarkan oleh guru-guru kita, utamanya di jenjang Pendidikan Menengah sudah hampir sama dengan sekolah di Australia. Hanya saja, untuk Pendidikan Dasar terutama, saya melihat di sana lebih aplikatif. Jadi tujuan pembelajaran atau disana disebut sebagai succes goal lebih jelas. Misalnya, saya (murid) dapat melakukan sesuatu. Sehingga di sana pembelajaran sedekat mungkin dengan dunia nyata. Misalnya di sana ada kelas merawat orang sakit, sehingga murid merasakan “aha” momen saat mendapati mereka sudah bisa melakukan keterampilan tertentu,” kenang Ika.
Sementara itu narasumber lainnya dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta Rochman mengatakan bahwa prinsip dari PM adalah pendekatan pembelajaran yang Berkesadaran Bermakna dan Menggembirakan (BBM).
“Ini kan menjawab fenomena Schooling Without Learning, bahwa anak Indonesia sebenarnya mereka bahagia di sekolah, namun mereka ternyata tidak belajar. Nah PM ini diharapkan menjadikan anak bahagia, namun juga mendapatkan ilmu yang mendalam, yang bermanfaat bagi kehidupan mereka,” tandas Rochman.
Untuk diketahui, Programme for International Student Assessment (PISA) dalam 10 tahun terakhir menunjukkan skor yang rendah bagi pendidikan Indonesia. Tahun 2018 untuk kemampuan Membaca, Matematika, dan Sains secara berurutan adalah 371, 379, 396. Kemampuan siswa anak-anak Indonesia masih berada di bawah rata-rata peserta negara OECD. Namun menariknya pada penilaian PISA tahun 2012, siswa Indonesia mengaku bahwa mereka sangat menikmati waktu mereka selama di sekolah dengan angka yang sangat tinggi, yaitu sebesar 95%. Artinya, mereka bahagia tapi tidak belajar!
Hasil PISA terakhir pada 2022 Indonesia mendapatkan skor PISA 369 poin. Ironisnya, skor PISA 2022 ini merupakan skor terendah Indonesia yang nilainya relatif sama dengan skor tahun 2003 dan 2006. Dilihat dari masing-masing domain penilaian tahun 2022, siswa Indonesia untuk pengetahuan matematika, mendapatkan skor 366 poin, penilaian pada domain membaca mendapatkan skor terrendah 359 poin dan domain sains dengan skor 383 tertinggi poin.
Dengan angka-angka itu, kualitas pendidikan Indonesia dapat dikatakan masih sangat tertinggal di dunia, bahkan untuk level Asia Tenggara sekalipun! (H. Purwono)