JAKARTA, derapguru.com – Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) cocok diterapkan pada kampus yang berfokus pada Pendidikan Vokasi. Sebaliknya program ini akan berdampak pada pelemahan bidang keilmuan bila diterapkan pada kampus-kampus akademi yang berfokus pada bidang keilmuan.
Pandangan tersebut disampaikan Ketua Umum Asosiasi Profesor Indonesia (API), Prof Anwar Arifin, saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) yang digelar oleh Komisi X DPR RI, baru-baru ini.
Hal tersebut terkait dengan berbagai program yang harus dijalani mahasiswa, terkhusus untuk kegiatan magang. Dalam program MBKM lama magang mencapai 2 semester yang setara dengan masa 1 tahun peekuliahan.
“Sangat cocok untuk program kampus pendidikan vokasi. Lamanya magang akan membuat calon lulusan menjadi lebih matang untuk menghadapi dunia kerja. Tapi ini akan bertolak belakang dengan kampus akademi yang berfokus pada pengembangan keilmuan,” tutur Prof Anwar.
Selain menyoroti tentang program MBKM, Prof Anwar juga menyoroti perkembangan pendidikan di Indonesia yang dikatakannya terlambat 50 tahun dari perkembangan pendidikan dunia. Keterlambatan itu bisa dilihat dari rendahnya daya saing, rendahnya modal sumber daya manusia, rendahnya gaji pendidik, dan rendahnya budaya literasi.
“Hal ini masih ditambah lagi dengan masalah kekurangan dosen dan masalah kekurangan peneliti,” tandas Prof Anwar.
Prof Anwar menambahkan, agar pendidikan meaju dan berdaya saing tinggi, pemerintah perlu menambah dana pendidikan untuk memperkuat berbagai sektor yang lemah. Hal ini perlu dipikrkan secara lebih serius mengingat pendidikan adalah investasi negara untuk masa depan.
“Permasalahan pendidikan paling krusial adalah dana pendidikan yang masih kurang sehingga perlu perjuangan penambahan anggaran pendidikan sebagai investasi negara Indonesia untuk measa depan,” tandas Prof Anwar. (za)