
BEBES, derapguru.com — Profesi guru menuntut kemampuan seseorang untuk bisa mengelola emosi secara baik. Tidak hanya dalam mengelola emosi saja, tapi juga harus dibarengi kemampuan merespon emosi orang lain secara tepat.
Hal tersebut disampaikan Ketua Lembaga Seni Budaya (LSB) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta, Prof Dr M Imamudin, saat mengisi “Seminar Pendidikan Smart and Fun Teaching: Optimalisasi Potensi Guru” di SMAN 1 Bumiayu Brebes, Rabu 12 Januari 2025.”
Emosi guru dapat memberikan dampak signifikan pada suasana kelas dan pengalaman belajar peserta didik. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk mengelola emosi dan menampilkan respon yang tepat dalam berbagai situasi,” ujar Imamudin.
Imamudin menambahkan, ada lima cara pengendalian emosi yang dapat dilatih oleh para guru. Pertama, mengenal emosi dengan jujur. Setiap individu memiliki kelebihan disamping kekurangan. Apakah sebagai makhluk social seorang guru mampu menerima kritik dari sekitar.
“Misalnya, andai ada orang yeng mengemukakan kekurangan dan itu memang benar adanya, mampukah menerima kritikan lalu berusaha memperbaiki diri menuju perubahan yang lebih positif. Mengenal emosi diri dengan jujur menjadikan modal utama menjadikan pribadi berkualitas,” urai Imamudin.
Cara yang kedua, lanjut Imamudin, adalah dengan memberi jeda untuk memahami situasi terlebih dahulu sebelum memberikan respon. Jeda untuk berpikir sejenak ini dapat mengurangi energi negatif dan membuat guru bisa memberikan respon yang tepat terhadap situasi negatif yang dihadapinya.
“Cara yang ketiga adalah dengan memotivasi diri dan orang lain. Jadilah pemberi energi yang tepat pada situasi dan kondisi yang memungkinkan. Sebagaimana kita ketahui Bersama bahwa setiap orang memiliki sisi negative dan positif. Berilah energi positif pada orang-orang di sekitar kita,” ungkapnya.
Lebih lanjut Imamudin mengatakan, cara yang keempat adalah pengendalian diri yang tepat. Sebagai makhluk sosial tentu tidak terlepas dari komunikasi, interaksi, bahkan gesekan dengan orang lain. Sebagai guru harus mampu dengan ikllas menerima karakter seperti apa pun yang menjadi peserta didiknya.
“Jalinlah hubungan yang harmonis dengan peserta didik. Jika memungkinkan, cari tahu latar belakang peserta didik yang bermasalah. Jika guru sudah melakukan aksi yang maksimal dan mungkin hasil belum sesuai dengan ekspektasi, sadarilah bahwa guru bukan satu-satunya pembentuk kepribadian seorang peserta didik. Masih ada faktor lingkungan, baik lingkugan sosial maupun keluarga,” katanya.
Sedangkan cara kelima untuk dapat mengelola emosi adalah kemampuan dalam menyesuaikan diri. Adaptasi merupakah sebuah keharusan bagi seorang guru dalam lingkungan kerjanya. Adaptasi dengan sesame rekan kerja maupun adaptasi dengan peserta didik.
“Jadilah guru yang mampu menjadi pengajar yang smart dan fun, yang kehadirannya ditunggu-tunggu di kelas. Pandai-pandaiah menguasai dan menyesuaikan diri. Dengan memahami kebutuhan peserta didik dan mampu menlaksanakan pembelajaran dengan menyenangkan maka. Ilmu yang disampaikan akan terserap dan peserta didik tidak merasa bosan. Melebur dengan lingkungan, bukan hanyut dalam komunitas,” pungkas Imamudin. (Emi Fauziati/za)