Home > D’PGRI > Bicara Literasi, Ketua FPGL: Perpusnas Saja Cuma Satu

Bicara Literasi, Ketua FPGL: Perpusnas Saja Cuma Satu

Agenda: Ngobr-Us Bareng PGRI Jateng
Reporter: Tim Redaksi

SEMARANG, derapguru.com – Masalah literasi masih menjadi persoalan yang mengemuka yang membutuhkan pemecahan bagi bangsa ini. Pasalnya, dari 187 negara yang disurvei, Indonesia berada di peringkat 124. Bahkan, dari sisi minat baca, minat baca masyarakat Indonesia hanya mencapai 0,001 persen.

Hal tersebut disampaikan Ketua Forum Pena Guru Literasi (FPGL) PGRI Jawa Tengah, Drs Kuncoro Puji Raharjo MPd, dalam acara Ngobr-Us (Ngobrol Update Seputar Pendidikan) Bareng PGRI Jawa Tengah dengan tema “Kemampuan Literasi Peserta Didik Rendah, Benarkah?”, Kamis 6 Juli 2023.

Kuncoro menambahkan, ada tiga faktor utama yang menjadi pemicu rendahnya literasi baca-tulis di Indonesia. Ketiga hal tersebut antara lain ketersediaan bahan bacaan, akses pembaca ke bahan bacaan, dan minat penduduk untuk membaca.

“Kalau faktor membaca—karena kita baru sampai literasi dasar baca-tulis—faktor ketersediaan bahan yang dibaca juga sangat menentukan. Kita semua tahu, perpustakaan nasional (Perpusnas) saja hanya satu,” tutur Kuncoro.

Untuk dapat mengakses satu buku saja, lanjut Kuncoro, perbandingannya mencapai 1:20, yakni bila ada satu orang yang ingin membaca buku, dia membutuhkan waktu tunggu sampai dengan 20 hari. “Artinya, ketersediaan buku ini masih sangat kurang,” tandas Kuncoro.

Lebih lanjut Kuncoro menuturkan, untuk mengantisipasi masalah kurangnya bahan bacaan dan sulitnya akses bahan bacaan, pemerintah sebenarnya telah mengantisipasi dengan berbagai cara. Beberapa di antaranya dengan membuat banyak mading di berbagai pusat keramaian dengan harapan dapat diakses oleh banyak orang.

“Tapi minat membacanmya memang masih rendah,” tandas Kuncoro.

Rendahnya minat baca, lanjut Kuncoro, sangat terlihat pada masa-masa sibernetik ini. Dengan banyaknya bahan bahan bacaan yang dapat diakses melalui gadget, tingkat membaca masyarakat juga masih tetap rendah.

“Yang mengherankan, saat ini ada 50 juta orang terpelajar ini yang hampir semuanya punya 1 gadget atau lebih. Tapi mereka ini belum suka membaca. Mereka lebih suka menonton,” urai Kuncoro sembari menandaskan perlunya pemerintah menyiasati ini dengan melakukan penataan kurikulum yang lebih mengedepankan pada peningkatan minat baca dan kemudahan pada akses bacaan. (za)

You may also like
Akuntabilitas Libur Sekolah
Dr Muhdi: Apresiasi Untuk Seluruh Pimpinan UPGRIS
Rektor UPGRIS: Momen Istimewa Bersama Keluarga Besar UPGRIS
Mahasiswa PPG UPGRIS Latih Masyarakat Buat Bouquet

Leave a Reply