Home > BERITA > Bahaya, Muncul Potensi Kekerasan Dianggap Biasa

Bahaya, Muncul Potensi Kekerasan Dianggap Biasa

SEMARANG, derapguru.com — Potensi kekerasan dianggap biasa di kalangan anak cukup membahayakan. Potensi tersebut setidaknya terlihat pada banyaknyà terjadinya peristiwa kekerasan terhadap anak pada awal tahun ini saja.

Potensi membahayakan ini disampaikan Pemerhati Anak dan pendidikan, Retno Listyarti, setelah mencermati anomali dalam pola relasional anak di awal-awal tahun ini. Retno melihat kasus perundungan atau bullying fisik maupun verbal di lingkungan satuan pendidikan kian menjadi-jadi bahkan dianggap wajar.

“Awal tahun ini saja sudah ada 6 peristiwa besar yang mengejutkan. Pertama,  santri yang dibakar santri senior di Kabupaten Pasuruan. Kedua, Kepala Madrasah di Gresik menampar 15 anak karena jajan di luar kantin sekolah,” urai Retno.

Ketiga, siswa membawa parang ke sekolah di Samarinda karena marah kepada gurunya. Keempat, guru di Garut menampar siswa yang merokok. Kelima, guru menyuruh anak lain menghukum siswa perokok . Keenam, siswa SD (11 tahun) bunuh diri diduga karena dibully tidak memiliki bapak.

Retno menambahkan, kasus penganiayaan dengan korban David (17 tahun) yang dilakukan oleh 3 orang pelaku yang salah satunya juga masih berusia anak-anak cukup menunjukkan, penyelesaian masalah dengan kekerasan adalah pilihan yang dianggap biasa. Anak bahkan tidak khawatir adanya risiko hukum jika melakukannya.

“Anak adalah peniru ulung, apa yang dia lihat, rasakan, dan alami, dari lingkungan dia tumbuh dan dibesarkan, dapat dipastikan akan ditiru dalam perilaku dan bagaimana anak menyelesaikan masalah dengan sesama anak, pendekatan kekerasan menjadi pilihan anak,” ujar Retno.

Retno menegaskan, anak bukanlah manusia dewasa yang bentuknya mini, tapi anak adalah manusia yang belum dewasa sehingga anak tidak mengerti resiko dan kurang berpikir panjang. Oleh karena itu, anak bisa melakukan kesalahan dalam tumbuh kembangnya menjadi dewasa.

“Oleh karena itu, kesalahan anak tidak bisa dikatakan salah anak sendiri, faktor pengasuhan keluarga dan lingkungan juga menjadi menyumbang kesalahan,” tambah Retno.

Lebih lanjut Retno menguraikan, pengasuhan keluarga dan sekolah yang seharusnya mengajarkan anak-anak mengetahui hal baik dan buruk. Role model dari orang dewasa sekitar anak akan menentukan anak menjadi baik atau tidak. (za)

Leave a Reply