JAKARTA, derapguru.com – Riset tentang Artificial Intelligence (AI) dunia saat ini didominasi oleh peneliti dari Asia. Perpindahan riset-riset futuristik dari dunia Barat ke Timur ini mulai terlihat dalam satu dekade terakhir.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, dilansir dalam laman resmi BRIN, Selasa 8 Maret 2023.
“Berbeda dengan ilmu lainnya, yang mendominasi adalah ilmuwan dari Eropa dan Amerika. Khusus AI, yang mendominasi justru Asia, khususnya Asia Timur, lebih khusus lagi Tiongkok,” kata Handoko.
Handoko memaparkan, melihat dari jurnal yang terindeks global, publikasi jurnal terkait AI dari 2010 ke 2021 meningkat dua kali lipat, mencapai 350 ribu jurnal.
“Kalau kita bicara paten, yang berbasis AI juga sama, meningkat pesat, hampir 150 ribu paten yang di filing, di-register, dan juga invented,” terangnya.
Indonesia, menurut Handoko, berpotensi menjadi sumber data, karena negara ini begitu beragam, mulai dari demografi, geografis, sosial-budaya, alam, dan biodiversitasnya. Basisnya AI adalah big data.
“Salah satu solusi teknologi ultimate-nya adalah AI, gunanya untuk menganalisis big data itu,” tambahnya.
Itu sebabnya, BRIN bersama pemangku kepentingan terkait sedang memproses rancangan Perpres tentang Strategi Nasional (Stranas) Kecerdasan Artifisial. Di dalam Stranas tersebut, terdapat lima prioritas, yakni pelayanan kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan riset, kemananan pangan, mobilitas dan kota pintar.
“Bidang kesehatan misalnya, bagaimana BRIN mengembangkan rapid test kit, untuk mengetahui lebih dini potensi kanker serviks, TB, malaria, dan seterusnya, sehingga menurunkan cost dari kesehatan kita secara nasional,” jelas Handoko.
Sedangkan bidang pangan, dengan memanfaatkan AI berbasis data omics, periset bisa mengembangkan varietas-varietas baru dari data molekuler. (za)