KAJEN, derapguru.com – Ada tradisi unik yang dijalankan masyarakat Kabupaten Pekalongan saat melewati masa Ramadan. Tradisi tersebut bernama “Munggah” dan “Mudhun”. Tradisi ini berupa kenduri yang digunakan untuk mengirim doa pada keluarga, kerabat, atau saudara kita yang sudah meninggal.
Gambaran situasai Ramadan di Kabupaten Pekalongan tersebut disampaikan Ketua PGRI Kabupaten Pekalongan, Rejo Herbeno MSi, saat mengisi acara “Bincang Ramadan Bareng PGRI Jateng” di UP Radio Semarang, Senin 10 April 2023. Hadir pula dalam siaran tersebut Ketua PGRI Kota Pekalongan, Mabruri, guna berbagi ruang siarang
“Tradisinya bernama Munggah-Mudhun. Yang sebelum puasa itu namanya Munggah. Nanti, yang sebelum lebaran, kurang 7 hari, setelah selikuran, itu namanya Mudhun. Yang intinya kirim dia pada leluhur kita yang sudah meninggal. Kirim doa bersama,” ungkap Rejo Herbeno.
Lebih lanjut Bejo Herbeno menuturkan, hal lain yang unik terkait tradisi munggah/mudhun adalah jenis atau sajian makanannya. Munggah biasanya disajikan makanan simbolis pakai golong atau tumpeng. Sebaliknya, bila mudhun ada sajian jajanan khas berupa kue serabi.
Hal lain yang unik di Kabupaten Pekalongan, lanjut Rejo Herbeno, ada pula tradisi mengganti tengok atau nisan pada saat masa lebaran. Tradisi mengganti tengok di masa lebaran ini, selain karena nisan mungkin sudah rusak, tradisi ini juga untuk memberikan sesuatu yang baru bagi yang telah meninggal dunia.
“Kalau yang masih hidup diberikan sarung atau baju baru, yang mati diberikan nisan baru. Selain mengirim doa, yang sudah meninggal juga diberi nisan baru sebagai pengganti baju baru. Ini merupakan cara untuk mengingat dan menghormati para leluhur,” urai Rejo Herbeno.
Terkait dengan datangnya bulan Ramadan, Rejo Herbeno, menuturkan bahwa Ramadan adalah bulan untuk peningkatan. Ketika pada bulan Ramadan segala amalan ditingkatkan pahalanya, kita harus bisa meningkatkan ibadah, baik itu salatnya, puasanya, dzikirnya, atau amal perbuatannya.
“Karena di situ ada ladang pahala yang dilipatgandakan, kita harus makin meningkatkan amal ibadah kita. Apalagi pahalanya ada yang dilipatkan jadi 700 kali, 7000 kali, kan eman-eman bila tidak kita manfaatkan secara baik,” tutur Rejo Herbeno. (za)