JAKARTA, derapguru.com – Perkembangan Kementerian Agama (Kemenag) akhir-akhir ini dalam dunia pendidikan demikian mengejutkan. Selain madrasah-madrasahnya banyak menjuarai bahkan beberapa ada yang “mendominasi” ajang kompetisi pendidikan nasional maupun internasinal—seperti peraih medali terbanyak Olympiade Sains Nasional (OSN).
Program-program pengembangan madrasah, baik pengembangan sumber daya manusia maupun pengembangan skill peserta didik, terus dilakukan secara bertahap dan pasti. Kegiatan-kegiatan kekinian yang berbau ilmiah dan teknologi, seperti kegiatan riset, robotik, atau karya ilmiahnya juga banyak dikembangkan sehingga menghasilkan prestasi pada kegiatan ini.
Baca Juga: Ini MAN 2 Kota Malang, Sekolah Kemenag Langganan Medali OSN Terbanyak
Terbaru, Kemenag kembali membuat kejutan dengan menggelar International Symposium on Education (ISOE) III yang dilakukan di secara virtual di dunia metaverse. Simposium di dunia metaverse ini menjadi yang perdana dengan diikuti 20 pemakalah terbaik dengan ruang kendali utama dipusatkan di MAN 2 Banyumas dan MAN 1 Bojonegoro, Rabu 30 November 2022.
ISOE merupakan kegiatan ilmiah yang diselenggarakan oleh guru madrasah yang tergabung dalam Jurnal Madaris, Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Berbagi (GTKMB), dan Madrasah Land: Metaverse.
“Sejak tahun lalu, ketiga komunitas guru ini berkolaborasi untuk menyelenggarakan even internasional sebagai media bagi guru dan tenaga kependidikan madrasah untuk berbagi pengalaman dalam meningkatkan kualitas pendidikan madrasah,” ungkap salah satu Tim Madrasah Land: Metaverse, Suyitman, yang juga Guru di MTsN 1 Kebumen.
Baca Juga: Ini Daftar 180 Madrasah yang Lolos Seleksi Madrasah Robotic Competition (MRC)
Penyelenggaraan ISOE melalui metaverse, lanjutnya, merupakan upaya pemantik bagi guru dan tenaga kependidikan untuk melakukan akselerasi pemanfaatan teknologi digital. Metaverse merupakan dunia virtual yang menggabungkan antara virtual reality dan teknologi tiga dimensi.
Dengan menggunakan teknologi metaverse yang dikembangkan melalui teknologi Augmenthed Reality (AR) memungkinkan individu berinteraksi dengan individu lainnya secara virtual. Metaverse mempresentasikan kehidupan nyata dalam dunia virtual. Dalam metaverse, seseorang direpresentasikan dengan avatar yang dibuat menyerupai dirinya.
Sama halnya dengan Suyitman, Anggota Tim lainnya Syarifuddin dari MAN 1 Sleman mengungkapkan bahwa potensi Metaverse dalam perkembangan pembelajaran dengan metaverse sangat besar.
“Contoh saja guru geografi, ketika ingin menjelaskan bagaimana proses gunung berapi berekasi, dengan metaverse bisa langsung dibawa ke lokasi gungnnya, atau guru Bioligi yang ingin mengajarkan bagaimana cara membedah kodok, tak perlu lagi mencari kodok disawah, semua ada di Metaverse,” jelasnya.
Baca Juga: Siswa MTs NU Banat Kudus Sabet Juara 2 Nasional MYRES
Direktur GTK Madrasah Muhammad Zain mengapresiasi kreativitas dan inovasi guru-guru madrasah. Ia berharap guru madrasah dapat memanfaatkan metaverse dalam pembelajaran. “Guru dapat menciptakan dunia virtual yang memungkinkan untuk dikunjungi oleh peserta didik. Dalam pembelajaran fikih misalnya, guru dapat melatih peserta didik untuk melaksanakan haji dan umrah secara virtual,” ungkapnya.
“Apalagi saat ini pemerintah Arab Saudi sedang berinovasi menjalankan ibadah haji secara virtual melalui metaverse juga,” lanjutnya.
Ia juga mengatakan bahwa metaverse dapat mengatasi keterbatasan dalam dunia pendidikan, seperti keterbatasan media dan sumber belajar. Karena, media pembelajaran berbasis metaverse dibangun dengan teknologi augmented reality dan virtual reality sehingga dapat merepresentasikan bentuk nyata.
Selain itu, metaverse juga mampu menjadikan pembelajaran online lebih interaktif. “Belajar kapan saja, di mana saja, dan dikemas dalam sebuah game merupakan strategi pembelajaran yang menarik yang disukai siswa saat ini,” ungkapnya. (za)