
Agenda: Riset Tentang Warna Reporter: Tim Redaksi
JAKARTA, derapguru.com – Dapatkah aroma atau rasa tertentu mempengaruhi manusia dalam mengenali warna? Hasil riset membuktikan aroma/rasa memang dapat menjadi reminder bagi seseorang untuk mengenali warna tertentu. Sistem kerja “semiotik” ini mulai diungkap oleh tim peneliti dari Liverpool John Moores University yang dimuat dalam Science Alert.
Ketika seseorang melihat stroberi berwarna merah. Otak manusia cenderung berasumsi jika stroberi tersebut akan berwarna manis. Apabila kamu mencicipi soda ceri berwarna oranye, seseorang bisa tertipu dengan aroma wangi jeruk. Cara warna mengubah persepsi manusia terhadap rasa sedang dikulik para ilmuwan. Namun cara warna berinteraksi dengan bau masih belum dipahami dengan baik.
Psikolog Kognitif Ryan Ward dari Liverpool John Moores University melakukan percobaan terhadap 24 partisipan dewasa ditempatkan dalam ruangan gelap di depan layar komputer. Selama 4 menit, alat pembersih udara membersihkan udara. Bau kemudian menyebar ke dalam ruangan selama 5 menit. Peserta yang menunggu di dalam ruangan tidak pernah diberitahu secara eksplisit tentang wewangian tersebut. Mereka hanya bisa melihat bercak warna yang muncul di layar.
Tujuan mereka adalah mengganti dua penggeser. Di mana yang satu berubah dari kuning menjadi biru dan satu lagi berubah dari hijau menjadi merah. Jika netral, warna menjadi petak abu-abu. Proses yang sama diulangi hingga semua peserta mencium empat bau sebanyak lima kali sambil menyesuaikan bercak warna. Aromanya dipilih secara acak yang mencakup karamel, ceri, kopi, lemon, dan peppermint. Air yang tidak berbau digunakan sebagai kontrol untuk setiap peserta.
Peneliti menemukan fakta bahwa aroma/rasa tampaknya membiaskan persepsi peserta terhadap abu-abu netral. Mengarahkan warnanya ke arah yang sesuai dengan warna bau masing-masing. Ketika aroma kopi tercium di dalam ruangan, peserta tampak ‘melihat’ warna abu-abu dengan rona agak coklat kemerahan. Karamel, sebaliknya, peserta memilih abu-abu yang lebih kuning daripada abu-abu netral.
“Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi warna abu-abu cenderung mengarah pada korespondensi lintas modal yang diantisipasi untuk empat dari lima aroma, yaitu lemon, karamel, ceri, dan kopi,” jelas Ryan Ward sebagaimana tercantum dalam Science Alert.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa hidung terkadang bisa ‘mencium’ apa yang ‘dilihat’ oleh mata dan sebaliknya. Dalam percobaan sebelumnya, peserta merasakan serangkaian titik di layar komputer bergerak lebih cepat saat ada aroma lemon dan lebih lambat saat ada aroma vanila.
Dalam penelitian sebelumnya, Ward dan rekan-rekannya menemukan bahwa aroma karamel dikaitkan dengan coklat tua dan kuning. Sedangkan kopi dikaitkan dengan coklat tua dan merah, cherry dikaitkan dengan merah jambu, merah, dan ungu, peppermint dikaitkan dengan hijau dan merah. Biru, dan lemon dikaitkan dengan kuning, hijau, dan merah muda. (sc/za)