JAKARTA, derapguru.com – Perang tarif Internet antar kompetitor semakin berat. Hingga berdampak pada tarif internet terus menukik turun. Dan kini tarif Internet di Indonesia menempati urutan ke-53 termurah dari 211 negara.
Vice President Marketing Management Telkom Edie Kurniawan menilai tarif Internet yang terjadi saat ini tidak masuk akal. Sejumlah penyedia fixed broadband yang memberikan iklan dengan harga yang tidak masuk akal.
“Itu tidak masuk akal ada yang cuma bayar tujuh bulan bisa pakai setahun berarti free-nya lima bula. Ada yang bayar enam bulan tetapi pakainya setahun jadi free-nya enam bulan,” ujarnya di Jakarta, Selasa 25 Oktober 2022 lalu.
Dan terdapat pula penyedia layanan yang menyediakan internet dengan kecepatan 100 Mbps, tetapi harganya dinilai tidak wajar, yakni di angka Rp 300 ribuan.
“Kami sampai botak itu mengukurnya gimana, ternyata setelah diukur beneran ternyata kecepatan tidak 100 Mbps. Karena kami jualan untuk yang Rp300 ribu, pelanggan mendapat 40 Mbps dan beneran 40 Mbps karena kami tidak ingin tipu-tipu,” sambungnya.
Menanggapi hal tersebut, ketua umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sarwoto Atmosutarno memberikan gambaran pembangunan sektor internet terkini.
Di tengah stagnansi pertumbuhan pendapatan yang dihadapi oleh penyedia layanan, Indonesia memiliki tarif rata-rata terendah untuk mobile broadband berbasis volume USD 0,31/GB pada 2020, yang mana itu lebih mahal dari India dengan tarif USD 0,11. Kendati begitu, lebih murah dari Malaysia USD 0,56 dan Brasil USD 1,16.
Sejalan dengan Sarwoto, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif mengatakan tarif internet di Indonesia ini tergolong paling murah.
“Kalau menurut saya pribadi yang juga pelaku di industri memang jujur harga ini (sudah murah). Mau diturunin lagi, mau seharga berapa ya. Tren tarif internet ini sudah mendekati harga dasar,” kata Arif.
“Pemain besar ini menahan ARPU di Rp 350.000, terus turun lagi ke Rp 300.000. Tapi ternyata pemain lokal yang memang tidak besar rata-rata bermain Rp 200.000 sampai Rp 250.000, bahkan bisa di bawah Rp 200.000. Itu sudah mendekati bottom, khawatirnya ketika perang tarif internet in terus menerus itu korbannya ya kualitas,” sambungnya. (Arjun Naja/za)