
Cilacap, Derapguru.com 18 Oktober 2025
Di tengah antusiasme peserta Penguatan Kapasitas Pengurus (PKP) PGRI Jawa Tengah, Dr. Hj. Sri Suciati, M.Hum., tampil penuh energi menyampaikan pesan yang sederhana namun strategis: “Tanpa sinergi, semua kekuatan kita akan tercerai. Tapi jika bersatu dalam kolaborasi, PGRI akan jadi kekuatan besar yang menuntun arah pendidikan bangsa.”
Dalam paparannya, Suciati menyoroti bagaimana Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) tumbuh menjadi salah satu perguruan tinggi besar di Indonesia karena fondasinya kokoh dalam jejaring organisasi guru. Ia menegaskan bahwa PGRI Jawa Tengah, Yayasan Lembaga Pendidikan (YPLP) PT PGRI Semarang, dan Yayasan Dana Setiakawan Guru (YDSGJT) membentuk tiga poros utama yang menopang eksistensi pendidikan guru di Jawa Tengah.
“UPGRIS besar bukan hanya karena jumlah mahasiswa, tapi karena kepercayaan masyarakat terhadap PGRI. Kepercayaan itu lahir dari kerja kolektif dan konsistensi menjaga mutu,” ungkapnya.
*Kolaborasi, Energi, dan Sinergi*
Data yang ditampilkan dalam presentasi menunjukkan peningkatan signifikan jumlah mahasiswa baru UPGRIS dalam tiga tahun terakhir: 3.013 (2022/2023) naik menjadi 3.748 (2024/2025) — mayoritas berasal dari jaringan sekolah PGRI se-Jawa Tengah.
Kota Semarang, Grobogan, Demak, dan Pati menjadi penyumbang terbesar mahasiswa baru, membuktikan kuatnya jalinan PGRI sebagai ekosistem pendidikan yang hidup dari bawah hingga ke jenjang perguruan tinggi.
Suciati menekankan, keberhasilan UPGRIS tak bisa dilepaskan dari peran pengurus cabang dan daerah PGRI yang terus menjadi perpanjangan tangan universitas di kabupaten/kota.
“PGRI bukan hanya penggerak organisasi profesi, tapi juga brand trust pendidikan. Kita tidak sekadar mengelola guru, tapi menyiapkan generasi pendidik masa depan,” ujarnya di hadapan peserta.
*Program Strategis: RPL dan Jalur Afirmasi Guru*
Dalam sesi yang sama, Suciati juga memperkenalkan Program Pemenuhan Kualifikasi Akademik S-1/D-4 Guru melalui mekanisme RPL (Rekognisi Pembelajaran Lampau).
Program ini, katanya, adalah bentuk nyata keberpihakan PGRI terhadap guru-guru yang belum memenuhi syarat akademik namun telah lama mengabdi di lapangan.
“Kami ingin memastikan tak ada guru yang tertinggal karena formalitas administratif. RPL adalah jembatan agar pengalaman kerja diakui sebagai pembelajaran yang sah,” tegasnya.

Selain RPL, UPGRIS juga membuka berbagai jalur penerimaan seperti prestasi, KIP Kuliah, kelas karyawan, hingga jalur UTBK — lengkap dengan beasiswa dan potongan biaya 20% bagi putra-putri anggota PGRI.
*Sinergi Tiada Henti*
Di bagian penutup, Suciati kembali menegaskan makna sinergi dalam konteks PGRI masa kini: bahwa organisasi ini bukan sekadar wadah advokasi guru, melainkan rumah besar yang menyatukan pendidikan dasar, menengah, hingga tinggi dalam satu napas perjuangan.
“PMB bukan sekadar pekerjaan tahunan, tapi pekerjaan besar yang butuh energi positif dan hati yang tulus. Jika kita satu visi, tak ada yang tak mungkin,” katanya, diikuti tepuk tangan panjang para peserta PKP.
Kegiatan PKP PGRI Jawa Tengah di Cilacap ini pun menegaskan satu hal penting: bahwa solidaritas guru tidak berhenti pada ruang kelas, melainkan terus hidup dalam bentuk sinergi kelembagaan yang memperkuat pendidikan Indonesia dari akar hingga pucuknya.(Sapt/Wis)




