
SEMARANG, derapguru.com — Ketika Nabi Musa bertanya pada Allah tentang amalan yang paling disukai, ternyata bukanlah salat, dzikir, ataupun puasa. Amalan yang paling disukai Allah justru bersedekah.
Hal tersebut disampaikan Ketua PGRI Jawa Tengah yang juga Wakil Ketua Komite I DPD RI, Dr H Muhdi SH MHum, dalam acara “Halal Bihalal Keluarga Besar UPGRIS” yang digelar di Balairung Universitas PGRI Semarang, Selasa 8 April 2025.
“Apakah karena Salatku Ya Allah? Salatmu adalah untuk dirimu sendiri. Dengan salat engkau terpelihara dari kegiatan keji dan mungkar. Kalau bukan salatku apakah karena dzikirku? Bukan, dzikirmu juga untuk dirimu sendiri, karena dengan dzikir akan membuat dirimu tenang. Apakah karena puasaku? Bukan, puasa juga untuk dirimu sendiri. Puasamu melatih dirimu sendiri untuk mengekang bawa nafsu. Kalau itu semua bukan maka yang mana? Kata Allah amalan yang Ku sukai adalah sedekah,” urai Muhdi.
Muhdi menambahkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat. Aspek manfaat menjadi keutamaan dalam urusan dunia. Bahkan, puncak dari segala urusan juga harus disandarkan pada kebermanfaatan.
“Dalam kesempatan ini saya juga sangat mengapresiasi UPGRIS yang telah membawa kemanfaatan bagi masyarakat. Dengan tagline ‘the meaning university’ kampus ini senantiasa meletakkan semua pada sisi kebermanfaatan,” tandas Muhdi.
Ketua YPLP PT PGRI, H Sakbani SPd MH, menyampaikan bahwa kegiatan halal bihalal merupakan kegiatan budaya khas yang hanya ada di Indonesia. Budaya ini sudah lama ada dan dibudayakan pada masa Mataram Islam di bawah kepemimpinan Mangkunegara I.
“Halal bihalal itu khas Indonesia. Diawali zaman Mangkunegara I–yang dikenal dengan sebutan Pengeran Samber Nyawa–. Setelah salat Ied, antara raja dan punggawannya melakukan tradisi untuk saling bermaafan,” urai Sakbani.
Kegiatan halal bihalal sendiri makin populer sejak zaman kepemimpinan Presiden Soekarno. Bung Karno, untuk menyatukan para pemimpin partai, menggagas acara yang bisa mempertemukan dan mendamaikan semua yang saat ini dikenali dengan istilah halal bihalal.
Sementara itu, Rektor UPGRIS, Dr Hj Sri Suciati MHum, menyampaikan bahwa pada momen lebaran UPGRIS sengaja menyediakan waktu bagi para dosen dan karyawan supaya dapat saling bermaafan. Pasalnya, untuk bisa mendapatkan permaafan dari Allah, kesalahan yang diperbuat harus dimaafkan oleh orang yang bersangkutan.
“Karena bila kita memiliki salah pada orang lain, sebelum kita mendapatkan permaafan dari orang tersebut, kita tidak akan dapat pengampunan dari Allah. Maka upgris memang menyediakan secara khusus waktu dan kesempatan untuk kita semua untuk saling bermaafan untum saling bersilaturahim,” urai Sri Suciati.
Lebih lanjut Sri Suciati menyampaikan, bahwa kampus telah memberikan waktu untuk melewatkan momen lebaran. Bahkan sejauh manapun kampung halamannya, semua tetap menempuhnya untuk dapat berkumpul dan bermaafan bersama keluarga.
“Silaturahim sejauh apapun tempat tinggal orang tua kita, kita tetap kesana. Kampung halaman yg kita tuju, walau harus kita tempuh berjam-jam karena macet, kita tetap pulang, karena kita ingin mendapatkan magfiroh-Nya,” tambah Sri Suciati.
Dalam kesempatan tersebut berlaku sebagai pembaca Alquran adalah dosen Pendidikan Biologi UPGRIS, M Anas Dzakiy SSi MSc. Perwakilan dosen dan karyawan yang menyampaikan permohonan maaf adalah Dosen Agama Islam UPGRIS Nur Akhsin SAg MSi. Sedangkan perwakilan mahasiswa yang menyampaikan permohonan maaf adalah Ketua BEM UPGRIS M Sauki Taufiqurrohman.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, perwakilan Pengurus PGRI Jateng, perwakilan pengurus YPLP PT PGRI, para pejabat struktural di lingkungan UPGRIS, dan segenap tamu undangan. (za)