JAKARTA, derapguru.com — Pencapaian-pencapaian bidang teknologi mulai bermunculan dari kampus-kampus Indonesia. Kali ini pencapaian dari bidang satelit dan keantariksaan juga mulai ‘pecah telur’ dengan mengorbitnya Surya Satelit 1 (SS-1) di International Space Station (ISS).
SS-1 merupakan satelit produksi Surya University, sebuah kampus yang dulu dirintis oleh ilmuwan fisika hebat Indonesia, Prof Yohanes Surya. SS-1 berukuran 10x10x11,35 cm dengan berat 1-1,3 kg yang dirancang sebagai satelit nano pertama di Indonesia. Pelepasan SS-1 ke orbit disiarkan langsung via Youtube BRIN, Jumat 6 Januari 2023.
“SS-1 kami rancang sejak masih mahasiswa. Sejak Maret 2016 dengan tim Setra Yoman Prahyang, Hery Steven Mindarno, M Zulfa Dhiyaulfaq, Suhandinata, Afiq Herdika Sulistya, Roberto Gunawan, dan Correy Ananta Adhilaksma,” tutur Project Leader, Setra Yoman Prahyang.
Project SS-1 pada tahun 20-18, lanjut Setra, juga sempat diikutkan dalam sayembara program KiboCube yang diinisiasi oleh United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA) dan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA).
“Satelit nano ini akan berfungsi sebagai APRS (Automatic Package Radio System) untuk kebutuhan Radio Amatir dari Organisasi Radio Amatir Indonesia (ORARI) dan juga dapat difungsikan untuk komunikasi dan deteksi kebencanaan,” tutur Setra.
Lebih lanjut Setra menuturkan, selain tim dari Surya University, satelit ini juga bentuk kolaborasi dari PT Pasifik Satelit Nusantara, Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI), PT Pudak Scientific, dan Badan Riset dan Inovasi Naisonal (BRIN).
“Peluncuran dan pelepasan SS-1 ke orbit juga tak lepas dari peran UNOOSA dan JAXA. Setelah mengorbitnya satelit, masih banyak yang harus dilakukan. Kita akan memantau ‘oh is it working’, ‘apakah ada flow dari desain kita, dari manufaktur,’ dan lain-lain,” ungkap Setra. (za)