SEMARANG, derapguru.com – Sekolah adalah satu-satunya cara paling mujarab untuk mengubah nasib. Sebab dengan sekolah segala peluang untuk menjadi apapun menjadi terbuka lebar.
Hal tersebut disampaikan Ketua PGRI Provinsi Jawa Tengah Dr Muhdi saat memberikan materi “Penguatan Profil Pelajar Pancasila” di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus, Senin 13 Februari 2023.
“Mau ubah nasib caranya ya sekolah. Sekolah memberikan peluang bagi siapapun untuk mengubah nasib seperti apa yang diinginkannya. Maka bila lulus sekolah nanti jangan buru-buru kawin. Lanjutkan sekolah, kejar cita-cita,” tutur Dr Muhdi.
Lebih lanjut Dr Muhdi menyampaikan keprihatinannya terhadap realitas sekolah-sekolah di pedesaan. Anak-anak yang lulus sekolah langsung ada yang melamar dan mengajaknya cepat menikah. Hal ini membuat kemungkinan untuk sukses mengejar cita-cita menjadi hilang.
“Hidup di desa, lulus SMK langsung ada yang melamar. Apalagi anak-anak SMK yang cantik-cantik ini. Iya kalau yang melamar itu orang yang orang sukses tidak apa-apa. Kalau yang melamar bukan orang sukses, ya jangan dulu diterima, sekolah dulu, kejar cita-cita,” tutur Dr Muhdi.
Dr Muhdi mengingatkan, generasi muda yang saat ini sedang berusia remaja, kelak akan menghadapi kondisi yang berbeda dengan kondisi saat ini. Tantangan zaman harus dijawab dengan terus belajar dan mempersiapkan diri menghadapi masa depan.
“Belajarlah lebih daripada orang lain. Kalian belajar keras saja selama empat atau lima tahun, kalian akan menjadi pemenang yang bisa menikmati masa depan. Sebaliknya bila kalian tak mau belajar keras saat ini, kelak kalian hanya akan menjadi penonton dan hidup menderita sebagai orang kalah di masa mendatang,” tandas Dr Muhdi.
Untuk itulah, lanjut Dr Muhdi, selepas dari sekolah pastikan untuk melanjutkan lagi dengan menempuh studi di perguruan tinggi. Sekali lagi, hanya dengan pendidikan semua orang bisa mengubah nasib, maka pastikan pendidikan dapat diraih secara baik.
Konektivitas
Sementara itu, Wakil Rektor IV Universitas PGRI Semarang, Dr Nur Khoiri, menyampaikan bahwa Kampus UPGRIS dengan SMK PGRI 1 Mejobo memiliki hubungan yang sangat dekat. Hal itu terlihat dari adanya kata “PGRI” yang melekat pada kampus UPGRIS maupun SMK PGRI 1 Mejobo.
“Adanya kata PGRI ini tanda bila kita ini sama-sama milik PGRI, sekolah dan kampus milik para guru. Bedanya SMK PGRI 1 Mejobo ada di Kudus, sedangkan Kampus UPGRIS ada di Kota Semarang,” tutur Dr Nur Khoiri yang juga Ketua PGRI Kota Semarang.
Dr Nur Khoiri menghimbau para siswa untuk berani melanjutkan sekolah di kota besar meski di sekitar wilayahnya juga ada kampus. Dr Nur Khoiri menambahkan bahwa ada perbedaan sangat besar ketika seseorang menempuh kuliah di daerah dengan di pusat kota.
“Kota besar jadi tempat bertemunya orang-orang dari berbagai wilayah. Di sinilah koneksi akan terbangun. Kalian akan betemu dengan banyak orang dan membangun jejaring dengan sangat baik. Berbeda dengan yang kuliah di daerah. Di daerah kalian akan terisolasi, bertemu dengan orang yang setipe, sehingga membuat kalian tidak berkembang. Di kota kalian terkoneksi, di daerah kalian terisolasi,” tanda Dr Nur Khoiri.
Hadir dalam kesempatan tersebut Kadisdikpora Kabupaten Kudus, Harjuna Widada SH, Wakil Rektor IV UPGRIS yang juga Ketua LBH PGRI Jateng Dr Sapto Budoyo, Kominfo PGRI Jateng Dr Agus Wismanto, Ketua PGRI Kabupaten Kudus Ahadi Setiawan SPd MPd, dan Kepala Sekolah serta segenap guru SMK PGRI 1 Mejobo Kudus. (wis/za)