Agenda: SDN Sugihan 3 Tengaran Ungaran
Reporter: Tim Redaksi
UNGARAN, derapguru.com – Barangkali inilah yang dinamakan totalitas tanpa batas. Seorang kepala sekolah di wilayah Kabuaten Semarang Provinsi Jawa Tengah menjual sepeda motor pribadinya untuk membeli sebuah mobil tua yang kemudian dimodifikasi menjadi mobil antarjemput siswanya.
Kisah nyata luar biasa ini dilakukan Septina Ika Kadarsih MPd, Kepala SD Negeri Sugihan 3 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Lantaran lokasi sekolah di tengah pesawahan yang jauh dari pemukiman warga, Septina memutar otak agar warga mau menyekolahkan anaknya di sekolahnya.
“Belinya hasil penjualan motor saya, sudah sekitar setahun lalu, Rp 15 juta, kemudian dimodifikasi sebagai mobil antar jemput siswa. Tapi memang seringnya untuk mengantar siswa pulang, diantar sampai ke rumah masing-masing,” kata Septina saat dijumpai derapguru.com di sekolahnya.
Septina mengatakan seluruh siswa menggunakan jasa mobil tersebut setiap hari karena jarak area pemukiman warga siswa ke sekolah sekitar tiga kilometer dan itupun harus melewati rute perkebunan.
Total 25 siswa diantar dalam dua rombongan pengantaran. Rombongan pertama untuk siswa yang rumahnya dekat dengan sekolah. Sedangkan rombongan kedua untuk siswa yang rumahnya jauh, bahkan sampai wilayah kabupaten sebelah karena sekolah memang berada di area perbatasan.
“Diantar dari yang paling dekat dulu, di sekitar sekolah, sampai siswa yang rumahnya di wilayah Candi Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Siswa di sini memang banyak juga yang dari Boyolali,” paparnya.
Sesuai kesepakatan dengan orang tua siswa, lajut Septina, para orang tua membayar 2 ribu rupiah untuk bahan bakar mobil antarjemput modifikasi Suzuki Carry keluaran 1988 tersebut.”Istilahnya hanya untuk ganti bensin. Alhamdulillah orangtua juga tidak keberatan, karena selain anak lebih cepat sampai rumah, mereka juga merasa aman dan nyaman karena didampingi guru,” kata Septina.
Septina mengatakan, terkadang dirinya yang menyetir sendiri mobil tersebut saat mengantar siswa. Hal ini karena keterbatasan tenaga khusus untuk menyetir mobil tersebut
“Jadi di sekolah ini ada 10 tenaga pendidik, terdiri dari 9 perempuan dan satu laki-laki. Kalau yang laki-laki pas ada halangan, ya saya sopir sendiri ke rumah siswa, bagi-bagi tugas,” paparnya.
Kepala Korwilcambiddik Kecamatan Tengaran, Eko Lesmono MPd, mengatakan dari 33 SD di wilayahnya, 12 sekolah di antaranya menerapkan pola antar jemput siswa. Ada yang kerja sama dengan pihak ketiga dan ada juga beli mobil sendiri untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar.
“Selain faktor wilayah dan geografis, dengan adanya mobil ini bisa memberikan kenyamanan dan keamanan untuk siswa. Apalagi saat ini banyak orangtua yang karena kesibukannya, tidak bisa antar jemput anak,” jelas Eko. (za/wis)