SEMARANG, derapguru.com – Orang tua maupun guru di sekolah kadangkala menggunakan hadiah-hadiah kecil untuk membuat siswa aktif atau anak mau melakukan suatu hal. Iming-iming hadiah seperti ini ternyata bukan langkah tepat untuk mendidik anak.
“Termasuk pula mengiming-imingi hadiah kecil ketika guru mendidik anak di sekolah. Cara-cara ini tidak akan mendukung terbentuknya budaya positif di sekolah,” tutur Dra Yuliati Eko Atmojo MPd, Pengurus APKS PGRI Provinsi Jawa Tengah, dalam Podcast Ngobr-Us UP Radio Semarang, Kamis 16 Februari 2023.
Budaya positif di sekolah, lanjut Yulianti, menjadi program pembentukan karakter yang sejalan dengan Profil Pelajar Pancasila. Fokus budaya positif adalah untuk membentuk pribadi yang kreatif, memiliki rasa hormat yang baik, dan rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
“Bukan hanya reward. Memberikan punishment juga kurang tepat. Yang namanya menghukum pasti ada efek. Mungkin jera untuk sesaat. Tapi jangka panjang, bisa jadi tidak, atau malah menimbulkan rasa dendam,” tutur Yulianti.
Menurut Yulianti, untuk membangun budaya positif di sekolah, para guru harus bisa menerima sudut pandang siswa. Ini berat dan susah, karena biasanya guru atau orang tua biasanya hanya mau mengatur anak sesuai dengan egonya dan jarang mendegarkan keinginan anak seperti apa.
“Bila ada anak bikin gaduh, orang tua atau guru harus menggali lebih dalam, kenapa melakukan itu, lantas alasannya apa, bila sudah mengetahui alasannya, baru anak diajak berpikir tentang dampak perbuatannya dan melakukan proses restitusi, mengembalikan anak paada perilaku yang baik,” urai Yulianti.
Hal lain terkait cara guru atau orang tua memperlakukan anak yang menjadi catatan Yulianti, adalah kebiasaan orang tua atau guru mengatakan “gitu aja kok tidak bisa”. Ini mungkin terasa ringan dan terdengar biasa saja, tapi ucapan itu menjadikan anak tertekan dan bisa menghasilkan perilaku-perilaku kontraproduktif dengan budaya positif. (za)