SEMARANG, derapguru.com – Artificial Intelegence (AI) atau kecerdasan buatan telah berkembang sedemikian rupa. AI tidak hanya berkembang menjadi semakin cerdas, AI juga berkembang liar menjadi semacam bots yang disalahgunakan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah.
Persoalan AI menjadi penggarap tugas kuliah mulai muncul dari Michigan University, saat seorang dosen filsafat menemukan tugas esai mahasiswa terbaik di kelasnya. Esai tersebut memuat pembahasan terkait moralitas pelarangan burka dengan penulisan, contoh, dan argumentasi yang baik.
Melihat esai yang tidak biasa tersebut, Aumann menandai esai tersebut dengan red flag. Ia lalu menanyakan keaslian penulisan tugas kuliah tersebut pada si mahasiswa. Dikonfrontasi dosennya, mahasiswa tersebut mengaku menggunakan chatbot ChatGPT untuk menyelesaikan esainya.
AI chatbot ChatGPT secara sederhana dapat dijelaskan sebagai sebuah model bahasa besar yang ‘menulis’ dari himpunan data miliaran kata dan telah mempelajari bagaimana kata berhubungan satu sama lain. ChatGPT berbasis AI dapat menghasilkan tulisan ‘cerdas’, mirip tulisan akademik hanya dengan memasukkan prompt tertentu.
Tulisan esai selama ini dikenal sebagai tulisan paling orisinil yang lahir dari pemikiran mahasiswa. Dengan adanya penemuan ini, polemik tentang tugas kuliah pun semakin menjadi topik serius di berbagai universitas kenamaan dunia.
Dan Gillmor, dosen dari Arizona State University, mencoba sendiri bagaimana AI chatbot ini mengerjakan tugas kuliah mahasiswa. Ia memasukkan pertanyaan-pertanyaan yang sering ia berikan pada mahasiswa. Berdasarkan evaluasinya, artikel yang dihasilkan bot ini berpotensi untuk mendapatkan nilai bagus dari dosen.
“Dengan format yang dihasilkan, besar kemungkinan hasil bot ini untuk mendapatkan nilai bagus dari dosen,” tandas Dillmor.
Ilmuwan komputer dan periset integritas akademik Thomas Lancaster dari Imperial College London menilai ChatGPT belum tentu menjadi pendisrupsi bagi tugas kuliah mahasiswa. Lancaster juag menyinggung ‘joki tugas’ manual maupun berbasis komputer juga sudah ada dari dulu tapi tidak pernah bisa menggantikannya secara penuh.
“Meskipun labelnya ‘kecerdasan buatan’, sistemnya tidak berpikir dengan cara seperti manusia. AI bot ini dilatih untuk menggelontorkan pola kata-kata berdasarkan data pola kata saja,” kata Lancaster. (za)