SEMARANG, derapguru.com – Sekarang ini banyak guru terkaget-kaget dengan perilaku yang dipertontonkan oleh murid-murid mereka. Para guru harus berhadapan dengan perubahan karakter yang tidak pernah terbayangkan sebagai dampak dari pengaruh kompleksitas sosial yang bergerak begitu cepat.
Hal tersebut disampaikan Ketua PGRI Jateng, Dr H Muhdi SH MHum, saat memberi materi dalam acara “Baitul Arqom untuk Pimpinan, Badan Pembantu pengurus, Ketua dan Sekretaris Pimpinan Cabang Aisyiyah se-Kota Semarang” di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jawa Tengah, Minggu 17 Desember 2023.
“Kita sedang berhadapan dengan kompleksitas sosial yang bergerak begitu cepat. Bahkan guru sampai terkaget-kaget, Cah TK kok kaya ngene polahe, apalagi anak SD, SMP, atau SMA,” tandas Dr Muhdi.
Foto dokumentasi dapat diklik di sini
Dr Muhdi menambahkan, kekagetan guru itu muncul karena guru yang semestinya menjadi pembalajar sepanjang hayat, tidak pernah dilatih atau dipacu untuk berkembang mengikuti zaman. Di sisi lain, peradaban dan karakter peserta didik mengalami perubahan yang cepat akibat pengaruh teknologi.
“Kompleksitas sosial bergerak begitu cepat, sementara guru tidak bisa mengikuti perkembangan itu. Seharusnya guru menjadi insan pembelajar, terus berinovasi, mengenali karakter anak-anak sekarang seperti apa, sehingga para guru tidak akan mengatakan, ‘bocah saiki kok dadi kaya ngene’,” urai Dr Muhdi.
Foto dokumentasi dapat diklik di sini
Lebih lanjut Dr Muhdi menyampaikan, semestinya para guru tidak mengeluhkan perubahan karakter peserta didik, tapi mencari cara untuk menanganinya secara baik. Karena tugas guru memang mengubah karakter yang dianggap kurang baik menjadi pribadi yang unggul dan mulia.
“Karena tugas guru memang mengubah karakter itu. Mengubahnya menjadi pribadi-pribadi yang hebat. Kalau guru hanya mendidik anak-anak hebat lalu hasilnya hebat, itu biasa saja. Guru baru dikatakan hebat bila bisa menangani anak-anak yang tidak hebat kemudian berubah menjadi anak-anak hebat,” urai Dr Muhdi.
Untuk menghasilkan anak-anak hebat, lanjut Dr Muhdi, dibutuhkan guru-guru yang hebat. Sedangkan untuk memiliki guru-guru yang hebat, syaratnya ada dua, yakni guru harus diperhatikan statusnya (tidak hanya jadi guru honorer, red) dan ditingkatkan kesejahteraannya.
“Dan inilah yang menjadi konsen PGRI saat ini. Karena mustahil kita memiliki guru-guru yang hebat bila status dan kesejahteraannya tidak jelas. PGRI akan terus memperjuangkan ini,” pungkas Dr Muhdi. (za)