
BLORA, derapguru.com — Pembelajaran Deep Learning menjadi nafas utama dalam dunia pendidikan Indonesia. Pembelajaran ini memiliki tiga pilar utama yang terdiri atas Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning.
Hal tersebut dipaparkan oleh Dosen UPGRIS, Mei Fita Asri Untari, dalam kegiatan Sosialisasi Pembelajaran Deep Learning yang digelar Universitas PGRI Semarang bekerja sama dengan MGBK Kabupaten Blora, baru-baru ini.
“Mindful Learning memancing siswa untuk menyadari materi pelajaran apa yang sedang dipelajari, untuk apa mempelajari materi ini, bagimana cara menguasainya, sampai pada bagaimana mempelajari lebih lanjut untuk memperkaya pemahaman atas materi tersebut,” urai Mei Fita.
Meaningful Learning, lanjut Mei Fita, mengajak siswa menyadari apa pengetahuan atau pelajaran yang dapat dipetik dari materi tersebut. Dilanjutkan dengan apa tindakan yang akan dilakukan setelah mendapatkan pengetahuan atau apabila menghadapi kondisi seperti dalam pengalaman belajar.
“Sedangkan Joyful Learning memancing siswa untuk bersemangat dalam mempelajari materi, membuat mereka aktif, dan memiliki pengalaman yang menyenangkan selama mengikuti pembelajaran,” urai Mei Fita.
Lebih lanjut Mei Fita menambahkan, deep learning bukanlah kurikulum baru, melainkan pendekatan pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk berpikir secara kritis, mendalam, dan bermakna. Point kunci deep learning terletak pada pembelajaran yang berpusat (dan mengaktifkan) peserta didik.
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula dua pembicara lain dari UPGRIS, yakni Dr G Rohastono Ajie MPd dan Dr Suhendri MPdKons. Rohastono Ajie menyampaikan materi tentang karakteristik Gen Z yang saat ini–sesuai usia mereka–sebagian besar masih berposisi sebagai pelajar.
“Anak-anak Gen Z ini terbiasa menggunakan gadget. Penggunaanya pun bukan hanya untuk hiburan semata, tapi juga untuk aktivitas akademik. Kendati demikian, karena seringnya mereka dimudahkan oleh gadget, mereka memiliki kecenderungan untuk menunda dan melakukan pekerjaan menjelang deadline,” urai Rohastono Ajie.
Sedangkan Suhendri yang memaparkan materi tentang bagaimana menerapkan deep learning dalam pembelajaran Bimbingan dan Konseling, menyampaikan bahwa implementasinya dapat diterapkan pada tiga bagian pembelajaran, yakni perencaraan, pelaksanaan, dan assesmen.
“Pada fase perencanaan guru dapat melakukan refleksi terhadap diri sendiri, mengidentifikasi karakteristik peserta didik, materi, dan sumber daya. Pada fase pelaksanaan dilakukan dengan melakukan pembelajaran dengan prinsip kesadaran, kebermaknaan, dan kegembiraan. Sedangkan fase assesmen dilakukan dengan tidak hanya berfokus pada penguasaan teori, tapi juga pada pemahaman konseptual, kemampuan berpikir kritis, dan penerapan dalam kehidupan nyata,” urainya. (za)