Agenda: Kuota ASN P3K Guru 2023 Reporter: Tim Redaksi
JAKARTA, derapguru.com – Dirjen GTK Kemendikbudristek, Prof Nunuk Suryani, meminta pemerintah daerah mengoptimalkan kuota formasi Aparatur Sipil Negara Pegawai Pemerintah dan Perjanjian Kerja (ASN P3K) Jabatan Fungsional Guru Tahun 2023. Sebab jumlah formasi yang dibutuhkan untuk guru ASN P3K 2023 sebanyak 601.174 guru.
“Kami mohon untuk membuka dan menambah formasi,” kata Nunuk di sela Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Bersama Kemendikbudristek di Jakarta yang dihadiri perwakilan pemerintah daerah, Sabtu 8 Juli 2023.
Sampai sejauh ini, usulan formasi ASN P3K Guru 2023 yang diajukan pemerintah daerah jauh dari kata optimal. Bahkan, sampai batas akhir, sebelum diadakan perpanjangan pengajuan usulan, usulan formasi yang diajukan hanya menyentuh kisaran separuh dari jumlah kebutuhan yang diharapkan pemerintah pusat.
Kondisi ini tentu saja membuat target pemenuhan kebutuhan guru menjadi terhambat. Terlebih lagi, tiap tahunnya masih ada puluhan ribu guru yang memasuki masa pensiun. Semakin mundur penuntasan kekurangan guru, maka akan semakin bertambah jumlah kebutuhan guru yang harus dituntaskan.
“Jika ada hal yang mengganjal akan kita selesaikan bersama,” kata Prof Nunuk supaya segala permasalahan yang menyebabkan keterhambatan bisa didengar dan diselesaikan.
PGRI Jateng
Secara terpisah, Ketua PGRI Jateng juga meminta agar pemerintah daerah untuk terus menambah kuota sampai angka kebutuhan guru di daerah terpenuhi. Semakin lama masalah kekurangan guru itu tidak teratasi, maka akan semakin berbahaya pula bagi nasib dan kualitas pendidikan Indonesia.
“PGRI Jateng akan terus mendorong pemerintah daerah untuk menambah kuota guru ASN P3K. Kami berharap pemerintah daerah menyadari bahwa semakin mundur penanganan kekurangan guru, maka akan bertambah pula daftar antrean untuk,” tutur Dr Muhdi.
Dr Muhdi meminta pemerintah daerah mengedepankan para guru honorer dalam proses rekrutment. Guru-guru honorer adalah guru yang paling berjasa ketika pandemi terjadi sedang sekolah hanya dihuni guru-guru tua yang tidak peka teknologi. “Para guru honorer inilah yang menyangga agar sekolah tidak kolaps pada masa pandemi,” tandas Dr Muhdi. (za)