JAKARTA, derapguru.com – Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, mengingatkan pentingnya proses memadukan riset dan bisnis. Sebab riset tanpa bisnis tidak akan dapat berkembang. Sementara bisnis sendiri butuh inovasi melalui riset.
“Riset atau inovasi harus berhubungan dengan bisnis karena yang bisa mengkomersialkan sebuah riset atau inovasi adalah bisnis. Sehingga tanpa bisnis, riset tidak akan bisa berkembang dengan baik,” kata Kalla dalam acara Dies Natalis Institut Teknologi Surabaya (ITS), Sabtu 12 November 2012.
Secara lugas, Kalla mencontohkan, penemu Microsoft, Bill Gates, dapat sesukses ini karena dia memang berhasil memadukan riset dengan bisnis, berhasil mengkomersialisasikan hasil penemuannya. Oleh karena itulah, Kalla meminta supaya mahasiswa sebisa mungkin dapat memadukan hasil riset dengan pola bisnis,” tutur Kalla.
Padahal, lanjut Kalla, Bill gates berkeliling menemui banyak orang untuk memperkenalkan temuannya kala itu. Namun, tidak ada yang percaya.”Tapi ketika melakukan pendekatan bisnis, akhirnya inovasinya dikenal banyak orang dan ternyata membawa perubahan besar bagi kehidupan manusia,” ujar ketua Umum palang Merah Indonesia (PMI) tersebut.
Kalla mencontohkan kekuatan keterpaduan antara inovasi, teknologi dan bisnis, yaitu fenomena banyaknya orang India yang menjadi CEO-CEO di bidang teknologi dan menjadi orang-orang hebat di seluruh dunia. JK menyebut CEO Microsoft, CEO Google, CEO Twitter, Orang India, Perdana Menteri inggris, serta Wakil Presiden Amerika yang berasal dari India.
“Mereka yang memimpin teknologi dunia di bidang IT adalah semua orang India tamatan institute teknologi. Apa kuncinya, setelah lepas dari universitas teknologi, mereka masuk kampus-kampus besar yang berbasis bisnis sehingga berhasil mengatur itu semua,” kata Kalla.
Kalla menekankan, ada tiga hal yang memiliki keterkaitan dalam perkembangan teknologi di masa yang akan datang yakni riset, universitas, dan dunia usaha. Kerjasama ketiga sektor itu bisa saja dilakukan dengan berbagai cara. Seperti universitas melakukan riset, kemudian menjualnya ke industri.
“Tentu kerjasama itu ada saham di situ. Tapi bisa juga industri memesan sesuatu untuk diriset oleh universitas dan langkah ketiga adalah kerjasama riset,” kata Kalla. (rep/za)