HABIS gelap terbitlah terang. Habis sakral, terbitlah budaya popular. Habis wisuda, terbitlah video tiktok dan foto instagram. Demikianlah pola-pola kebiasaan manusia post-modern dalam menjalani hidup: terjebak di antara sakralitas dan budaya popular.
Tak terkecuali sakralitas Wisuda ke-76 Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) yang digelar di Balairung UPGRIS Kompleks Kampus Dr Cipto Semarang, Selasa 23 Januari 2024. Prosesi sakral itu pun diwarnai dengan pengabadian momen-momen wisuda dengan berbagai macam pernik budaya pop seperti jasa fotoboth wisuda, bingkisan kado, atau rangkaian bunga.
Tapi ada satu hal yang membedakan wisuda UPGRIS dengan wisuda-wisuda kampus lainnya. Usai prosesi dilangsungkan, ada eksodus besar-besaran dari puluhan rombongan wisudawan menuju Kampus UPGRIS di Jalan Gajah Raya. Untuk apa? Tentu saja untuk mengambil foto atau merekam video.
Kampus Gajah memang dikenal sebagai kampus yang paling eksotis. Kampus ini memiliki beberapa lokasi yang cukup instagramable untuk pengambilan gambar meski belum memiliki “tetenger (baca: icon)” khas yang menunjukkan indentitas ikonik kampus.
Seperti halnya yang dilakukan Yulia A, salah satu wisudawan yang sengaja datang ke Kampus Gajah untuk berfoto di lapangan kampus dengan latar Menara Kampus IV UPGRIS. Selain mengambil kemegahan Menara Kampus, dia juga mengambil sisi-sisi lain seperti Taman Baca atau berpose di dalam gedung yang terdapat tulisan besar “Universitas PGRI Semarang”.
“Di sini tempatnya bagus-bagus. Bisa untuk berfoto-foto,” tandas Yulia.
Sementara itu, dalam Wisuda Ke-76 UPGRIS sebanyak 800 wisudawan menjalani prosesi setelah sekian tahun menimba ilmu di kampus ini. Dari 800 wisudawan tersebut, 205 wisudawan berasal dari jenjang pascasarjana dan 595 wisudawan lainnya dari jenjang sarjana.
Rektor UPGRIS, Dr Hj Sri Suciati MHum, menyampaikan bahwa prosesi wisuda adalah awal bagi kesuksesan berikutnya. Oleh karena itu, Dr Sri Suciati meminta agar para wisudawan terus berjuang dan tidak pernah menyerah tidak ada hal berharga yang bisa dicapai dengan mudah. Rasa sakit dalam berjuang itu hanya sementara. Namun bila kita menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya,” pesan Dr Sri Suciati.
Sedangkan Pembina UPGRIS yang juga Ketua PGRI Jawa Tengah, Dr H Muhdi SH MHum, menyampaikan bahwa pada era sekarang setiap manusia selalu dihadapkan dengan berbagai macam pilihan. Untuk itu, salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki adalah kemampuan untuk menentukan pilihan.
“Kemampuan untuk menentukan pilihan sangat dibutuhkan untuk masa depan. Mau makan, mau minum, mau pergi, mau apapun kita selalu disodori dengan berbagai pilihan. Termasuk kemampuan untuk menentukan pilihan dalam pemilu tahun ini,” urai Dr Muhdi. (Wis/za)