SEMARANG, derapguru.com – Memasuki era postmodern yang ditandai dengan bertumpunya semua sendi kehidupan pada media dan internet, menghadirkan fenomena yang disebut VUCA. VUCA merupakan istilah yang dipopulerkan dua pebinis dari Amerika, Warren Bennis dan Burt Nanus, untuk menggambarkan perubahan perilaku sosial manusia sejak terjadinya pergeseran dari era modern menuju era postmodern.
Fenomena inilah yang dibahas secara menarik oleh tiga doktor dari PBSI FPBS UPGRIS yang terdiri atas Dr Asrofah, Dr Nanik Setyawati, dan Dr Siti Fatimah. Ketiganya merupakan bagian dari beberapa doktor dari prodi PBSI yang membagikan keilmuanya dalam rangkaian “Seminar 120 Doktor UPGRIS” dalam rangka Dies Natalis ke-42 Universitas PGRI Semarang.
“VUCA adalah singkatan dari Volatiliy (bergejolak, rapuh), Uncertainty (penuh tidak pasti), Complecity (makin kompleks, rumit), dan Ambiguity (banyak penafsiran, rancu). Kondisi inilah yang sedang kita hadapi pada masa-masa sekarang ini,” urai Dr Asrofah.
Untuk dapat survive menghadapinya, lanjut Dr Asrofah, setiap orang membutuhkan kemampuan untuk cepat beradaptasi dan kemampuan untuk berani bereksplorasi. Oleh karena itulah, pada setiap orang dibutuhkan penanaman beberapa karakter positif di antaranya inovatif, kreatif, berdaya saing, dan adaptatif.
Sejalan dengan pemikiran di atas, Dr Nanik Setyawati menguraikan, bahwa untuk memenangkan pertarungan pada era VUCA, dibutuhkan cara-cara khusus untuk menghadapi tantangannya. Dr Nanik menyebutkan perlunya menghadapi votality dengan kepemilikan vision, uncertainty perlu dihadapi dengan understanding, complexity perlu dihadapi dengan clarity, dan ambiguity perlu dihadapi dengan agility.
“Dunia yang bergejolak dan rapuh hadapi dengan adanya vision atau visi. Ketidakpastian hadapi dengan understanding atau pemahaman. Kerumitan atau kompleksitas hadapi dengan clarity atau kejelasan. Sedang ambigu atau rancu kita hadapi dengan agility atau kelincahan,” tandas Dr Nanik.
Sementara itu, Dr Siti Fatimah menguraikan VUCA terkait dengan penelitian pendidikan yang dilakukan mahasiswa. Menurutnya, penelitian mahasiswa harus turut pula bergerak pada pemahaman akan adanya VUCA. Harus lebih kreatif supaya dan adaptif dengan fenomena yang ada.
“Kajian-kajian tentang pengaruh teknologi digital, pemanfaatan media digital atau sosial untuk pembelajaran, atau mungkin bila ilmu murni bidang kesastraan bisa meneliti tentang sastra digital, puisi media sosial, dan lain sebagainya. Penelitian-penelitian ini akan menarik karena terkait dengan kekinian,” urai Dr Fatimah. (za)