JAKARTA, derapguru.com — Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menyebut BRIN tak tahu menahu tentang pengoperasian alat pendeteksi tsunami.
Selama ini dan sejak dulu, BRIN atau siapapun dari personel BRIN, tidak pernah menjadi operator alat pendeteksi tsunami.
“Kita belum pernah mengoperasikan alat itu, karena BRIN atau siapa pun dulu tidak pernah menjadi operator pendeteksi tsunami,” kata Handoko terkait dengan ramainya media sosial yang menyebutkan BRIN menolak memberi anggaran untuk pembiayaan riset alat deteksi tsunami Perangkat Ukur Murah Untuk Muka Air (PUMMA) di sekitar Gunung Anak Krakatau.
Dia menyebut pengoperasian alat deteksi tsunami ada di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Program pendeteksian yang sama juga didanai Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta beberapa kementerian dan lembaga lainnya.
BRIN hanya terlibat dalam riset, misalnya sensor kabel optik.
“Dan itu sangat mahal, kita harus menjalani ini dengan efesien dan murah,” sebut dia.
Handoko mengatakan kendati mahal bukan berarti riset tersebut dihentikan karena tak ada anggaran. Dia menyebut masih ada yang perlu dievaluasi.
“Jadi, kita hentikan bukan karena skema anggaran berubah tapi kita bicara substansi, evaluasi dari substansi, wah ini berat dan banyak,” ujar dia. (za)