
Palangkaraya, derapguru.com. Mengakhiri kegiatan Simposium Nasional Guru Sejarah VII, Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) di Palangkaraya, Minggu (2/11/2025) mengeluarkan resolusi. Resolusi dibacakan langsung oleh Presiden AGSI Sumardiansyah Perdana Kusuma sekaligus menutup rangkaian acara Simposium.
Diantara resolusi yang dikeluarkan adalah AGSI akan konsisten memperjuangkan sejarah Indonesia sebagai mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi.
“Demi menjaga identitas dan memori kolektif bangsa, keutuhan NKRI, menjunjung tinggi keberagaman atas dasar persatuan, kesatuan dan menguatkan nasionalisme,” ujar Sumardiansyah memberikan alasan.
AGSI juga mendesak DPR RI agar memperkuat posisi mata pelajaran sejarah dalam RUU Sistem Pendidikan Nasional yang sedang dibahas dan revisi UU Pemajuan Kebudayaan yang akan datang.
“AGSI juga mendorong penelitian dan penulisan sejarah lokal oleh sejarawan maupun guru sejarah di daerah-daerah untuk memperkaya khazanah sejarah nasional Indonesia sebagai sumber belajar. Karena Simposium ini diselenggarakan di Palangkaraya, maka AGSI juga mendorong pemerintah untuk menjadikan Bukit Batu dan ritus Pertapaan Pahlawan Tjilik Riwut sebagai cagar budaya dan Warisan Budaya Tak Benda,” tambah Sumardiansyah.
Ia juga mengapresiasi semua pihak yang telah mendukung kegiatan Simposium ini seperti Kemenbud, Kemendikdasmen, Pemprov Kalimantan Tengah dan tentunya panitia lokal dari AGSI Provinsi Kalimantan Tengah. (Heni P)




