
Derapguru.com, Cebu, 21 September 2025 — Menunggu penerbangan di bandara seringkali memberi ruang bagi kita untuk mengamati kebiasaan kecil yang ternyata menyimpan makna besar. Foto seorang anggota PGRI Jawa Tengah yang tengah membeli air mineral di vending machine Bandara Mactan Cebu, misalnya, membuka refleksi tentang tertib antri, patuh aturan, dan refleksi mengkalkulasi harga lintas mata uang.
Antrian yang Mengajarkan Disiplin
Di bandara, semua orang dipaksa tunduk pada aturan yang sama: tertib, sabar, dan menunggu giliran. Tidak ada jabatan atau status sosial yang bisa melompati barisan. Hal ini mencerminkan bagaimana ruang publik internasional seperti bandara menjadi sekolah disiplin yang nyata. Budaya menunggu dengan rapi inilah yang pada akhirnya membentuk perilaku masyarakat lebih tertib ketika berada di negara lain.
Patuh pada Aturan Internasional
Bandara adalah titik temu banyak bangsa. Ketika memasuki imigrasi, pemeriksaan bagasi, atau sekadar membeli minuman, semua orang sadar bahwa aturan yang berlaku bukan lagi “aturan rumah sendiri”, melainkan standar internasional. Inilah yang membuat banyak pelancong Indonesia terlihat lebih patuh—karena menyadari satu kesalahan kecil bisa berdampak besar, mulai dari teguran petugas hingga gagal melanjutkan perjalanan.
Botol Air dan Kurs Rupiah
Menariknya, bahkan dalam hal sederhana seperti membeli sebotol air, pikiran orang Indonesia otomatis bekerja layaknya kalkulator. Harga dalam Peso Filipina langsung diubah ke Rupiah: “Kalau kurs Rp 275, berarti botol ini sekitar Rp 15 ribu…” Pikiran refleks ini menunjukkan bagaimana kita selalu menimbang nilai ekonomi dalam konteks domestik, seakan semua harga perlu diukur dengan standar tanah air.
Pelajaran dari Bandara
Fenomena ini menyiratkan dua hal penting. Pertama, bahwa pengalaman internasional—meski hanya sekadar di bandara—mendorong kita menjadi warga dunia yang lebih disiplin. Kedua, bahwa identitas nasional kita tetap melekat, bahkan dalam bentuk kebiasaan sederhana menghitung harga dengan mata uang sendiri.
Di balik sebotol air dari mesin otomatis, ada kisah tentang globalisasi yang menuntut keteraturan dan nasionalisme yang hidup dalam rupiah. (Sapt/Wis)