SEMARANG, derapguru.com – Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FPBS UPGRIS mencoba menjajaki pelaksanaan ujian skripsi yang digelar secara terbuka. Terobosan menarik ini dilakukan untuk memberi pengalaman bagi adik-adik kelas supaya nantinya memiliki gambaran nyata bagaimana pelaksanaan ujian skripsi.
“Biar adik-adik kelas punya pengalaman, ‘oh ternyata begini ujian skripsi itu’. Biar mereka bisa melihat juga ternyata ujian skripsi tidak semenyeramkan kata-kata orang,” tutur Ketua Program Studi PBSI, Eva Ardiana I SS MHum, kepada derapguru.com, Jumat 14 Oktober 2022.
Dengan memiliki pengalaman melihat langsung ujian skripsi, lanjut Eva, adik-adik kelasnya ini diharapkan bisa lebih siap saat mereka nanti menghadapi ujian skripsi. Di sisi lain, bagi yang sedang ujian, mereka juga akan jauh lebih mempersiapkan diri karena disaksikan oleh adik-adik kelasnya.
“Setiap ruang ujian kami batasi hanya 10 mahasiswa. Dibatasi supaya tidak mengganggu kekhidmatan proses ujian. Yang mau ikut ujian juga kami minta mendaftar dulu pada prodi supaya tidak terjadi penumpukan di ruang ujian satu dengan ruang ujian lainnya,” tandas Eva.
Lebih lanjut Eva menuturkan, pelaksanaan ujian skripsi terbuka merupakan program penjajakan yang akan terus kami evaluasi dari waktu ke waktu. Selain itu, pelaksanaan ujian skripsi terbuka ini juga untuk memberikan layanan terbaik bagi mahasiswa.
“Semoga mahasiswa yang menyaksikan bisa mendapatkan pengalaman berharga dengan mengikuti ujian skripsi. Selain itu, semoga mahasiswa yang menyaksikan, juga semakin termotivasi untuk segera mengerjakan skripsi,” tandas Eva.
Senang
Sementara itu, salah satu mahasiswa yang mengikuti ujian, sebut saja Elsa Qotrunnada (22), mengaku lebih keras mempersiapkan diri dalam ujian. Pasalnya, selain harus siap menjawab pertanyaan penguji, ada adik-adik kelas yang turut menyaksikan jalannya ujian. Kendati demikian, Elsa mengaku senang ada kebijakan seperti ini, sebab adik-adik kelas bisa melihat bagaimana proses ujian skripsi dilaksanakan.
“Kebijakan bagus. Kami dulu belum ada. Coba kalau dulu sudah ada, setidaknya kami punya gambaran mengenai ujian skripsi. Ternyata tidak menakutkan seperti cerita orang-orang,” tutur Elsa.
Sementara itu, mahasiswa yang ikut menyaksikan ujian skripsi, Adi Prakoso (20), mengaku cukup senang dengan kebijakan ini. Setidaknya, dengan melihat langsung proses ujian skripsi, dirinya memiliki pengalaman nyata mengenai proses ujian skripsi.
“Dengan pengalaman ini, kami bisa punya gambaran, bagaimana ujian sekripsi itu. Jadi, kami juga punya gambaran apa-apa yang harus kami sipakan saat menghadapi ujian. Seperti membawa semua buku referensi, menyiapkan presentasi, dan lain-lain,” tutur Adi. (za)