Agenda: Konkerkab PGRI Kabupaten Sukoharjo Reporter: Tim Redaksi
SUKOHARJO, derapguru.com – Masa-masa pandemi tanpa adanya guru-guru honorer, pendidikan Indonesia kemungkinan besar akan langsung kolaps. Pasalnya, guru-guru honorer—yang rerata muda—inilah yang kemudian mengajar dengan teknologi informatika seadanya, mengajari guru-guru ASN yang rerata sudah tua, tidak peka teknologi, dan cenderung pasrah karena mau pensiun.
Fakta ini diungkap oleh Ketua PGRI Jawa Tengah, Dr Muhdi, saat memberikan sambutan dalam kegiatan Konferensi Kerja Kabupaten (Konkerkab) III PGRI Kabupaten Sukoharjo yang digelar di Meeting Room 1 Gedung PGRI Sukoharjo, Senin 29 Mei 2023.
“Sebelum pandemi, kami telah melakukan survei, ternyata hanya 17—18 persen guru di Indonesia yang siap menggunakan teknologi informasi. Ketika pandemi datang dan pendidikan tatap muka terjeda, guru-guru honorerlah yang banyak berperan. Mereka tidak hanya sibuk mengajar dengan teknologi informasi, tapi juga sibuk mengajari guru-guru lainnya untuk menggunakan teknologi. Tanpa guru honorer, kolaps pendidikan kita,” tandas Dr Muhdi.
Lebih lanjut Dr Muhdi mengatakan, besarnya peran guru honorer dalam menyelamatkan pendidikan pada masa pandemi mestinya mendapatkan apresiasi yang lebih dari pemerintah. Setidaknya, hal-hal yang terkait dengan kejelasan status atau kesejahteraannya didapatkan oleh guru honorer sebagai wujud apresiasinya.
“Pada Mas Menteri saya sampaikan, pemerintah atau negara ini dzalim bila tidak memperhatikan nasib dan kesejahteraan guru honorer. Dan Mas Menteri mengatakan akan menyelesaikan urusan guru honorer dalam masa pengabdiannya. Janji inilah yang terus kami tunggu dan perjuangkan,” tutur Dr Muhdi.
Lebih lanjut Dr Muhdi berpesan–terkait konferensi kerja organisasi—program-program yang dirancang organisasi harus fokus betul pada terobosan-terobosan yang memajukan pendidikan. Program yang dirancang harus dapat menjadi bagian dari solusi dari masalah pendidikan yang dialami bangsa ini.
“Program yang disusun harus fokus pada kegiatan memajukan pendidikan sehingga kita bisa menjadi solusi dari masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan. Bila tidak bisa menjadi solusi, setidaknya pastikan kita bisa menjadi bagian dari orang-orang yang menjadi pemberi solusi. Kita akan hadir setiap ada masalah pendidikan,” urai Dr Muhdi.
Laporan Kegiatan
Ketua Panitia Konferensi Kerja Kabupaten (Konkerkab) PGRI Kabupaten Sukoharjo, Ikhwan Sapto Darmono MPd, dalam laporannya menyampaikan bahwa kegiatan Konkerkab akan membahas empat hal. Pertama, melakukan evaluasi capaian kinerja program tahun sebelumnya. Kedua, menyusun dan menetapkan rencana kerja tahun selanjutnya.
“Ketiga, memilih Ketua PGRI Sukoharjo yang mengundurkan diri sebelum masa bakti berakhir atau pergantian antarwaktu pengurus. Dan keempat, menentukan sikap, pendirian, dan strategi organisasi dalam menghadapi persoalan dan situasi yang berkembang saat ini dalam dunia pendidikan,” tutur Ikhwan.
Lebih lanjut, Ikhwan menuturkan, peserta Konkerkab meliputi Utusan Pengurus PGRI Cabang/Cabang Khusus se-Kabupaten Sukoharjo sebanyak 70 orang, Seluruh Pengurus PGRI Kabupaten Sukoharjo sebanyak 19 orang, Utusan Pengurus PGRI Provinsi Jateng sebanyak 3 Orang, Perwakilan Anak Lembaga dan Badan Khusus PGRI Sukoharjo masing-masing sebanyak 4 Orang, Badan Pembina PGRI Sukoharjo sebanyak 2 orang. (za)