
Dian Ayu Zahraini
Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di madrasah seringkali dipandang sebelah mata. Padahal, melalui pendekatan inovatif yang tepat, PJOK bisa menjadi pintu masuk untuk membangun karakter, literasi digital, dan bahkan keterampilan bahasa asing siswa.
HAL INILAH yang menjadi semangat dalam program pengabdian kepada masyarakat di MA Al Fithrah Semarang, di mana teknologi dan bilingualisme diintegrasikan dalam pembelajaran PJOK untuk menciptakan pengalaman belajar yang aktif, menyenangkan, dan bermakna.
Selama ini, tantangan utama dalam pembelajaran PJOK di MA Al Fithrah Semarang adalah keterbatasan fasilitas olahraga indoor dan rendahnya pemanfaatan teknologi dalam kegiatan belajar-mengajar.
Selain itu, belum adanya integrasi English for Specific Purposes (ESP) dalam konteks olahraga membuat siswa kesulitan memahami istilah-istilah yang umum digunakan dalam kegiatan olahraga internasional. Tantangan ini diperparah oleh rendahnya akses terhadap sumber belajar interaktif yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran PJOK berbasis Islam.
Melalui program pengabdian masyarakat yang berlangsung selama enam bulan, tim dari Universitas PGRI Semarang berupaya memberikan solusi inovatif dengan memanfaatkan platform game edukasi seperti PhysedGames, ThePhysicalEducator.com, dan Plays.org. Guru-guru PJOK dilatih untuk mengintegrasikan permainan digital ini ke dalam skenario pembelajaran.
Tidak hanya itu, pendekatan bilingual juga diperkenalkan melalui pelatihan ESP, dengan materi yang dirancang kolaboratif antara dosen PJOK dan dosen bahasa Inggris.
Yang menjadikan program ini berbeda adalah penyusunan modul pembelajaran PJOK berbasis teknologi dan ESP yang dirancang secara bilingual (Bahasa Indonesia–Inggris).
Modul ini tidak hanya memperkenalkan kosakata olahraga dalam bahasa Inggris, tetapi juga menyajikan aktivitas berbasis simulasi digital yang memungkinkan siswa belajar secara aktif meskipun tidak sedang berada di lapangan. Hasil dari penerapan modul ini cukup signifikan: siswa menjadi lebih berani berkomunikasi dalam bahasa Inggris, lebih memahami konsep olahraga, serta lebih terlibat dalam proses pembelajaran.
Dari evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor siswa dalam pemahaman istilah ESP meningkat, begitu pula partisipasi aktif mereka dalam pembelajaran PJOK. Guru juga melaporkan bahwa siswa menjadi lebih termotivasi dan kreatif, bahkan beberapa siswa menunjukkan inisiatif membuat kuis atau tantangan game sendiri menggunakan istilah olahraga dalam bahasa Inggris.
Pembelajaran PJOK tidak lagi menjadi sesi monoton, tetapi berubah menjadi arena pembentukan keterampilan abad 21.
Program ini juga menghadapi tantangan, seperti keterbatasan perangkat digital dan waktu adaptasi guru terhadap teknologi baru. Namun, dengan pendampingan intensif dan pendekatan partisipatif, tantangan ini dapat diatasi. Bahkan, kolaborasi antara guru PJOK dan guru bahasa Inggris menjadi salah satu dampak positif yang mendorong sinergi antarmata pelajaran.
Pengalaman di MA Al Fithrah Semarang membuktikan bahwa pembelajaran PJOK dapat menjadi lebih dari sekadar aktivitas fisik. Dengan dukungan teknologi dan pendekatan bilingual, PJOK bisa menjadi ruang untuk mengembangkan keterampilan literasi digital, bahasa, dan sosial siswa.
Inovasi semacam ini perlu terus dikembangkan dan disebarluaskan ke madrasah lain agar pendidikan jasmani tidak hanya bermanfaat bagi tubuh, tetapi juga bagi pengembangan potensi siswa secara holistik.
——–
Dr Dian Ayu Zahraini MGizi
Penulis adalah dosen Universitas PGRI Semarang yang aktif dalam bidang Pendidikan Jasmani dan Gizi Olahraga. Fokus keilmuannya meliputi integrasi teknologi dalam pembelajaran PJOK dan pengembangan kurikulum berbasis ESP. Ia terlibat dalam berbagai kegiatan pengabdian masyarakat yang bertujuan mengembangkan pembelajaran berbasis digital di lingkungan madrasah dan sekolah berbasis Islam.