SURABAYA, derapguru.com – Kemenag akan segera memenuhi jumlah kekurangan guru yang ada di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Unggulan. Sebelumnya muncul informasi, 36 MAN Unggulan yang dijadikan pilot project di jenjang pendidikan menengah, masih kekurangan guru sebanyak 120 guru dari berbagai jenis mata pelajaran.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Rohmat Mulyana Sapdi dalam Rapat Koordinasi Kepala MAN Unggulan di Surabaya, baru-baru ini.
“Kami akan seger\a memenuhinya melalui skema P3K. Meskipun P3K ini belum memenuhi\ kebutuhan substansial pendidik, karena pengangkatan P3K hanya meningkatkan status kepegawaian seseorang,” ujarnya menjelaskan.
Hal senada disampaikan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah M Zain. Zain mengatakan, secara berkala Kemenag akan tetap berusaha memenuhi masalah pendidik ini.
“Tahun ini, patut disyukuri bahwa jumlah P3K untuk madrasah mencapai 49 ribu,” jelasnya.
Zain juga memaparkan Grand Desain Pengembangan Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah. Menurutnya, dalam dua tahun ke depan, Direktorat GTK fokus pada empat hal, yaitu implementasi kurikulum merdeka, integrasi keilmuan, literasi digital, dan moderasi beragama.
Kepala Sub Direktorat Bina MA/MAK, Anis Masykhur, melaporkan bahwa Direktorat GTK sedang mempersiapkan pembekalan Implementasi Kurikulum Merdeka bagi para guru madrasah. Secara umum, kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang salah satu corak model pembelajarannya memfokuskan pada aktifitas “berpusat pada peserta didik.”
Anis melaporkan bahwa Implementasi Kurikulum Merdeka tahun anggaran 2023 akan disupport dari program komponen tiga yang terintegrasi pada program Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan yang berasal dari anggaran bantuan World Bank. Selain itu, tahun ini akan mendapatkan tambahan anggaran yang akan difokuskan pada penyiapan pengawas.
Implementasi Kurikulum Merdeka membutuhkan energi besar karena berkaitan dengan banyak aspek pendukungnya. Tidak hanya persoalan kesiapan SDM nya saja, namun juga infrastrukturnya.
Di kesempatan ini pula, Rohmat Mulyana mengingatkan untuk dikoordinasikan dengan sistem pendukungnya, baik EMIS maupun SIMPATIKA. Menurutnya, aktifitas guru pada SIMPATIIKA harus disesuaikan terlebih telah terjadi perubahan kurikulum . “Jangan sampai kinerja Guru tidak bisa dilaporkan pada SIMPATIKA”, tegasnya. (za)