PATI, derapguru.com — Tidak dipungkiri lagi saat ini telah terjadi perubahan perilaku dan keberminatan peserta didik terhadap suatu hal. Hal-hal yang berbau internet–secara spesifik terkait game online–menjadi sesuatu sedang digandrungi generasi muda yang lahir pada masa internet ini.
Akan tetapi, perubahan perilaku dan keberminatan generasi muda ini tampaknya agak lambat direspon dunia pendidikan. Dunia pendidikan cenderung stagnan, sementara pergerakan peradaban berjalan begitu cepat. Dalam perspektif pendidikan transformatif, hal ini sering disebut sebagai kompleksitas sosial bergerak begitu cepat, sedangkan perkembangan pendidikan berjalan begitu lambat.
Masalah riil dunia pendidikan ini dibaca secara apik oleh Tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) yang terdiri atas Dr Jafar Sodiq MPd, Th Cicik Sophia B SS MPd, dan Dra Maria Yosephin WL MPd. Untuk membantu mendorong percepatan akselerasi para guru dalam mengejar laju peradaban mereka menggelar ‘PKM Pengelolaan Kelas bagi Peserta Didik Generasi Z’ di SMK Tunas Harapan Pati, baru-baru ini.
Untuk memberikan materi secara mendalam, tim tersebut menghadirkan dua pakar bidang pendidikan dari UPGRIS, yakni Dr Wiyaka MPd dan Dr Chr Argo Widiharto MSi. Dr Wiyaka membawakan materi ‘Pembelajaran Pada Generasi Z’, sedangkan Dr Chr Argo Widiharto membawakan materi ‘Kenali Karakter Generasi Z’.
Dr Wiyaka menyampaikan bahwa untuk dapat membelajarkan ilmu pada generasi Z dapat dilakukan dengan menerapkan konsep “m’gamification’. Gamification adalah penggunaan elemen-elemen dan prinsip-prinsip yang umumnya ditemukan dalam permainan (game) untuk meningkatkan motivasi, keterlibatan, dan pembelajaran siswa.
“Pembelajaran ini mengambil elemen-elemen dasar dalam game sehingga mereka merasa seperti bermain game. Adanya poin atau skor, badge atau prestasi, level dan progresi, serta ada tantangan dan misi,” tutur Dr Wiyaka.
Selain itu, lanjut Dr Wiyaka, ada pula sistem pemeringkatan atau leaderboard, ada pemberian hadiah atau insentif, ada kebebasan menentukan pilihan. Serta adanya cerita dan narasi sebagai pelengkap permainan.
Sementara itu, Dr Chr Argo Widiharto mengungkapkan, untuk dapat menangani generasi saat ini, para guru perlu untuk mengenal karakter peserta didik secara spesifik. Para guru harus paham bila peserta didik generasi digital ini memiliki karakteristik khas, yakni memiliki pikiran global, fasih menggunakan teknologi, interaksi sosialnya dilakukan melalui media sosial.
“Mereka juga multitasking dan sangat speedy atau selalu ingin medapatkan segala sesuatu secara lebih cepat,” tutur Dr Chr Argo Widiharto.
Dr Chr Argo Widiharto menambahkan, pada ranah pembelajaran, anak-anak generasi digital ini lebih suka belajar sambil melakukan daripada diterangkan/membaca buku. Mereka suka pembelajaran visual learning yang bisa membuat mereka mempertunjukkan kemampuan mereka dalam bidang komputer.
“Mereka juga menyukai kerja tim yang mengunakan aplikasi tertentu di internet,” tutur Dr Chr Argo Widiharto. (za)