SURABAYA, derapguru.com — Penasihat Dharma Wanita (DWP) Kementerian Agama Eny Retno Yaqut mengimbau penyuluh-penyuluh agama dari KUA untuk bekerjasama dengan dinas pendidikan setempat terjun ke sekolah-sekolah.
Hal tersebut disampaikan Eny Retno saat menguraikan keprihatinanya melihat data statistik tingginya perkawinan anak dalam “Seminar Cegah Kawin Anak” di Surabaya, Senin 6 Februari 2022.
“Jadi kita harus jemput bola. Enggak bisa lagi kita mengharapkan remaja datang ke KUA untuk konsultasi. Hari gini mereka lebih suka googling, untung kalau website-nya benar, takutnya mereka membaca dari website yang salah,” imbau Eny.
Eny menyebutkan, KUA juga diminta membuat modul pencegahan kawin dini pada remaja di sekolah. Bahkan bila memungkinkan dimasukkan pula sebagai salah satu materi pelajaran di sekolah.
Kendati demikian Eny Retno menyadari, banyak dilematika permasalahan yang akan ditemui di KUA bila harus menghadapi cegah kawin anak ini.
“Kalau disetujui salah, artinya dispensasinya tinggi. Kalau tidak disetujui juga menjadi masalah lagi, karena kalau anak hasil hubungan itu sudah terlanjur lahir, maka akan menimbulkan masalah baru dengan pencatatan dan lain sebagainya,” ungkap Eny.
Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin, mengungkapkan bahwa jumlah perkawinan anak di Indonesia masih sangat tinggi. Pada tahun 2021, tercatat ada lebih dari 95 ribu peristiwa pernikahan dini (di bawah 19 tahun) dari seluruh Indonesia.
“Penikahan dini banyak memberikan dampak, seperti terjadinya perceraian dini, pengasuhan yang tidak sempurna, dan juga berpotensi melahirkan stunting keluarga-keluarga yang merupakan tantangan atau masalah Indonesia berikutnya,” ujar Kamaruddin Amin. (kmg/za)