Agenda: Korban Perundungan Bekasi
Reporter: Tim Redaksi
BEKASI, derapguru.com – Masalah perundungan sudah menjadi persoalan serius di negeri ini. Satu per satu korban berjatuhan. Tak hanya korban mental, fisik pun terkena fatal. Salah satunya seperti yang dialami siswa SDN 9 Swadaya Jatimulya Tambun Selatan Bekasi Jawa Barat, FAA (12). Dia harus menjalani amputasi kaki yang terpicu cedera parah akibat perundungan yang dilakukan oleh lima teman sekelasnya.
Aksi perundungan itu sendiri terjadi Februari 2023. Saat itu, FAA berada di kelas dan diajak lima temannya jajan di luar sekolah. FAA yang tengah berjalan diselengkat atau ditendang oleh temannya dari arah belakang sehingga ia terperosok jatuh dengan kondisi luka di bagian tangan dan memar pada dengkul kaki.
Ironisnya, temannya tersebut bukan menolong tapi justru menertawakan dan mengolok-oloknya seraya mengancam agar tidak menceritakan kejadian tersebut baik ke orang tua maupun guru. Aksi bullying tersebut berlanjut hingga kembali ke kelas kendati teman-temannya melihat FAA yang kesakitan.
Di hari-hari berikutnya perundungan terus berlanjut. Hal ini baru diketahui tiga hari pascakejadian saat FAA tidak bisa bangun dari tempat tidurnya karena sakit di bagian kaki. Cedera pada bagian kaki FAA mengalami infeksi bagian dalam. Berbagai upaya pengobatan medis dilakukan namun tidak kunjung membuahkan kesembuhan, bahkan kondisinya semakin memburuk.
Puncaknya, Agustus 2023, FAA dan keluarganya harus menelan pil pahit lantaran dokter mendiagnosisnya mengalami kanker tulang dan harus dilakukan tindakan amputasi pada bagian kaki kirinya. Kini, FAA tengah dirawat di ICU RS Kanker Dharmais Jakarta usai tindakan amputasi karena kondisnya menurun.
“Mohon doanya, saat ini anak saya sedang di ICU RS Kanker Dharmais karena kondisinya menurun pascaoperasi amputasi kaki,” kata orang tua FAA, Diana Novita, kepada media, Sabtu, 29 Oktober 2023.
Diana menyatakan operasi amputasi merupakan jalan terakhir yang diambil. Sebab, sejumlah pemeriksaan di tiga rumah sakit berbeda mulai dari rontgen, hingga MRI, menyatakan hasil yang sama.
“Saya dan keluarga terpukul dengan kejadian ini, apalagi anak saya masih berusia anak-anak dan masa depannya masih panjang. Saya berharap keadilan atas kasus yang menimpa anak saya,” ucap Diana yang merupakan orang tua tunggal tersebut.
Upaya mencari keadilan juga telah dilakukan mulai dari melaporkan ke pihak sekolah hingga ke Polres Metro Bekasi. Laporan tersebut hingga kini tidak mendapatkan keadilan dan jalan keluar baik dari pihak sekolah maupun keluarga pelaku atas aksi bullying yang dilakukan.
Kemendikbudristek
Kejadian tersebut mendapat perhatian Kemendikbudritek. Saat ini Kemendikbudristek tengah melakukan koordinasi untuk menindaklanjuti kasus tersebut.
“Hal tersebut sudah menjadi perhatian Kemendikbudristek. Kami sedang koordinasi dengan unit teknis Kemendikbudristek di wilayah tersebut untuk segera menindaklanjuti,” kata Kepala Bagian Pengolahan Laporan Pengawasan Itjen Kemendikburistek, Julians Andarsa, Senin, 30 Oktober 2023.
Julians mengatakan tindak lanjut yang bisa dilakukan beragam. Mulai dari bantuan perawatan dan pendampingan korban hingga koordinasi lebih lanjut dengan sekolah secara langsung.
“Tapi saat ini saya belum bisa merespons lebih jauh. Karena sedang tahap koordinasi untuk follow up berita tersebut. Tapi, yang pasti hal ini sudah menjadi perhatian kami untuk ditindaklanjuti,” tegas dia. (md/za)