
Sukoharjo, derapguru.com. Ketua PGRI Provinsi Jawa Tengah, Dr. Muhdi, S.H., M.Hum., menegaskan pentingnya soliditas pengurus sebagai fondasi penguatan organisasi profesi guru. Hal ini diungkapkan Dr. Muhdi dalam kegiatan Penguatan Kapasitas Pengurus (PKP) PGRI di gedung PGRI Kabupaten Sukoharjo, Sabtu 26/07/2025. Di hadapan seluruh pengurus PGRI Kabupaten dan Cabang /cabang Khusus PGRI se Kabupaten Sukoharjo ini?, Dr Muhdi mengulas kembali sejarah kelahiran PGRI dan menyerukan makna mendalam di balik Hari Guru Nasional 25 November yang merupakan hari lahir PGRI pada tanggal 25 November 1945 di Kota Surakarta.
Dr. Muhdi mengajak seluruh prngurus PGRI untuk memahami dan menghayati makna dan tujuan berdirinya PGRI, serta berupaya sungguh-sungguh mewujudkannya. Dan upaya itu harus dimulai dari para pengurus PGRI
“Kalau pengurus paham gambar besar organisasi ini, maka penguatan PGRI harus dimulai dari diri para pengurus PGRI,” tegasnya. Diingatkan, bahwa PGRI lahir dari semangat perjuangan guru sejak sebelum kemerdekaan—tepatnya sejak 1912—dan akhirnya dalam Kongres Guru Indonesia di Surakarta tanggal 25 November 1945 seluruh organisasi guru yang ada saat itu melebur dalam satu wadah bernama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). “Jadi PGRI ini lahir tepat 100 hari setelah proklamasi kemerdekaan RI”, ujar Dr Muhdi.
Dr. Muhdi selanjutnya menggarisbawahi bahwa PGRI bukan sekadar organisasi profesi, tetapi juga organisasi perjuangan dan ketenaga kerjaan.
“Kita tak hanya memperjuangkan nasib guru, tapi lebih dari itu adalah untuk memuliakan profesi guru. Guru adalah profesi mulia, dan hanya dengan organisasi guru yang kuat kita bisa menjaga marwah dan martabat guru,” tegas Muhdi lantang.
Lebih lanjut, Dr Muhdi menyoroti peran strategis lembaga-lembaga internal PGRI yang berpersn meningkatkan dan mengembangkan mutu profesi guru, seperti Smart Learning and Character Center (SLCC) sebagai jawaban atas kebutuhan transformasi digital pendidikan.
Di akhir paparannya wakil ketua komite I DPD RI ini mengingatkan pentingnya para pengurus PGRI untuk adaptif dengan perubahan dan solid dalam perjuangan untuk kepentingan anggota. “Jika visi dan struktur kita sudah searah, maka saatnya mempercepat langkah, terutama dalam inovasi teknologi untuk mendampingi guru beradaptasi dengsn perubahan untuk kemajuan pendidikan dan mewujudkan Indonesia emas 2045,” pungkasnya.
Pada kesempatan ini, saat berdialog dengan Dr. Muhdi, Herdu, guru SMPN Bulu, Sukoharjo mengaku tak bisa melupakan sejarah perjuangan PGRI saat dirinya masih menjadi guru bantu, Berkat perjuangan PGRI, guru-guru bantu berubah statusnya menjadi PNS.
“Saat itu tahun 2012 saya ingat betul dan mengalami sendiri bersama guru-guru bantu yang lain, bahwa PGRI Jawa Tengah sangat berjasa membantu perjuangan kami”, ujar Herdu menjelaskan.(sapt/pur)