
SEMARANG, derapguru.com — Tembang macapat memiliki aturan struktur baku yang disebut paugeran (aturan) yang terdiri dari guru gatra (jumlah baris), guru wilangan (jumlah suku kata per baris), dan guru lagu (bunyi vokal akhir baris).
Tembang macapat juga memiliki 11 jenis tembang yang melambangkan perjalanan hidup manusia. Mulai mijil (lahir), Sinom (anak muda), sampai dengan megatruh (megat–ruh: melepas ruh/meninggal).
Makna-makna filosofis seperti inilah yang menjadi salah satu paparan materi saat Tim Dosen UPGRIS yang terdiri atas Alfiah SPd MPd, Dr Suyitno MPd, Dr Ngatmini MPd, dan Dr Bambang Sulanjari MA, menggelar pengabdian dalam bentuk “Workshop Pembelajaran Tembang Macapat bagi Guru Bahasa Jawa SMP Kota Semarang”, baru-baru ini.
Ketua Tim Dosen, Alfiah SPd MPd, menyampaikan bahwa workshop ini digelar untuk memenuhi permintaan banyak guru bahasa Jawa yang kesulitan mengajarkan materi tembang macapat. Untuk itu diajarkanlah beberapa teknik dasar dan cara pengajarannya bagi para siswa.
“Keluhan guru bahasa Jawa dalam mengajarkan tembang karena keterbatasan keterampilan praktik nembang, minimnya media pembelajaran yang memadai, metode pengajaran yang monoton, dan ketiadaan instrumen asesmen yang terstruktur,” urai Alfiah.
Akibatnya, lanjut Alfiah, pembelajaran tembang hanya bersifat formalitas, siswa kurang berminat, dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tembang tidak tersampaikan secara optimal. Bila kondisi ini terus dibiarkan, tidak tertutup kemungkinan budaya tembang macapat akan punah secara perlahan.
“Workshop ini kami laksanakan secara luring selama dua hari intensif dengan jumlah peserta 50 orang guru bahasa Jawa,” tutur Alfiah.
Dalam kurun waktu tersebut, materi workshop difokuskan pada: Hakikat tembang macapat sebagai kekayaan budaya dan pembentuk profil lulusan; Teknik merancang pembelajaran macapat yang aktif, inovatif, dan adaptif terhadap Generasi Z; Praktik melantunkan dan mengungkap makna di balik keindahan lirik tembang macapat.
“Termasuk materi mengukur keberhasilan pembelajaran dengan penilaian autentik dan menginspirasi peserta didik untuk berkarya,” tandas Alfiah. (za)



