
SEMARANG, derapguru.com — Generasi muda saat ini seringkali menghadapi masalah dalam mengekspresikan perasaan dan pikiran. Mereka lebih cenderung suka menyimpan masalah daripada mengeluarkan atau mengekpresikan apa yang dirasakan.
Keadaan seperti inilah membuat generasi muda saat ini lebih mudah oleng dalam menghadapi tekanan hidup. Tidak sedikit yang mengalami depresi akut karena tak memiliki ruang untuk mengekspresikan perasaan.
Masalah kesehatan mental generasi muda inilah yang dibaca secara cermat oleh beberapa dosen UPGRIS yang terdiri atas Dr Lina Puteri Yanti MPd, Khusnul Fajriyah SPd MPd, Dr Padmi Dhyah Yulianti MPsi, dan Eka Sari Setianingsih MPd.
Untuk membantu masalah generasi muda mereka menyusun kegiatan bertajuk “Optimalisasi peran bahasa sebagai media ekspresi dan penguatan kesehatan mental” yang menggandeng karang taruna di Desa Karanganyar Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, baru-baru ini.
“Kami mencoba memanfaatkan aspek kebahasaan untuk membantu menekan potensi berkembangnya masalah kesehatan di kalangan generasi muda,” urai Ketua Tim, Dr Lina Puteri Yanti MPd.
Lina menambahkan, masalah kesehatan mental pada pemuda merupakan isu krusial yang memerlukan perhatian serius terutama di era modern ini. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 10-20% remaja di seluruh dunia mengalami masalah kesehatan mental.
“Melalui kegiatan ini kami mencoba mengintegrasikan aspek kebahasaan dengan penanganan masalah kesehatan mental. Kami berharap, proses pengintegrasian ini akan membantu mengatasi masalah-masalah kesehatan mental yang dialami generasi muda,” tutur Lina.
Lebih lanjut Lina menuturkan, hal-hal lain yang mendorong munculnya masalah kesehatan mental di kalangan anak muda adalah kurangnya literasi kesehatan mental. Di sisi lain, stigma negatif bagi penyandang masalah kesehatan mental membuat para remaja enggan untuk mencari bantuan atau sekadar berbagi cerita.
“Bahasa bisa menjadi media utama untuk berekspresi dan berkomunikasi, bahasa tidak hanya berfungsi untuk menyampaikan informasi, tapi juga menjadi alat untuk memproses emosi dan membentuk persepsi diri. Manfaat bahasa inilah yang kami gunakan untuk membantu mengatasi masalah kesehatan mental yang mereka hadapi,” tandas Lina. (za)




