Agenda: Tim PKM Dosen UPGRIS Reporter: Tim Redaksi
SEMARANG, derapguru.com – Pernah bermain origami dan tangram? Origami adalah seni melipat kertas dari negeri Jepang. Sedangkan Tagram adalah seni menyusun puzzle dari negeri Tiongkok. Keduanya termasuk seni permainan geometri kuna yang sampai kini masih bertahan dan eksis dimainkan.
Ternyata, permainan origami dan tangram menyimpan banyak manfaat bagi perkembangan seorang anak. Pakar Matematika dari UPGRIS, Dr FX Didik Purwosetiyono MPd, menyampaikan hal tersebut saat melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat tentang permainan origami dan tangram di wilayah RW 1 Kelurahan Kedungmundu Kota Semarang, baru-baru ini.
“Permainan ini bisa melatih terbentuknya kebiasaan berpikir kreatif pada anak. Bisa memberikan stimulus pada pembentukan pola eksplorasi anak. Juga bisa memberikan stimulus terhadap terbentuknya pola penalaran yang baik pada anak,” tandas Dr FX Didik.
Bersama tim pengabdian yang terdiri atas M Saifuddin Zuhri MPd, Farida Nursyahidah MPd, dan Maya Rini Rubowo MPd tersebut, Dr Didik melatih anak-anak di wilayah Kedungmundu untuk bisa membuat berbagai macam bentuk origami dan bisa menyusun berbagai macam bentuk potongan tangram menjadi sebuah gambar yang utuh.
“Untuk mengembangkan daya kreativitas, anak-anak perlu diberi kebebasan yang luas dalam bermain origami dan tangram. Perlu diberikan kebebasan untuk menciptakan permainan sendiri yang kreatif, menyenangkan, dan penuh makna. Kebebasan dalam mengembangkan daya kreatif inilah yang membawa dampak luar biasa dalam perkembangan anak,” tandas Dr FX Didik.
Lebih lanjut Dr FX Didik menuturkan, dalam memupuk perkembangan anak, diperlukan suatu usaha yang melibatkan aktivitas anak sehingga menunjukkan suatu perubahan mindset berpikir yang optimal. Kegiatan yang kreatif diharapkan memberikan makna bagi anak, tentang pengalaman belajar yang harus dimilikinya.
“Untuk permainan origami dan tangram ini, kami kembangkan untuk memancing kreativitas sekaligus memberikan pijakan dasar yang menyenangkan dalam mengenal ilmu geometri,” tandas Dr FX Didik. (za/wis)