JAKARTA, derapguru.com – Periset sebaiknya berkolaborasi “person to person”, bukan “lembaga ke lembaga” karena dampaknya pasti mahal. Hal ini disampaikan oleh Anggota Dewan Pembina BRIN, I Gede Wenten, saat melakukan kunjungan ke Kantor Kerja Bersama (KKB) BRIN Denpasar, Sabtu 29 April 2023.
“Terkait dengan kolaborasi, usahakan membangun hubungan secara ‘person to person’. Jangan melalui Lembaga ke Lembaga karena dampaknya berupa ‘cost lay’, mahal,” ungkap Wenten sebagaimana dilansir dari laman BRIN.
Dalam kunjungan yang digunakan untuk memberi arahan tersebut, Wenten juga menekankan pentingnya kolaborasi riset antara BRIN dengan BRIDA untuk memecahkan permasalahan secara menyeluruh. Kendati demikian, Wenten juga mengingatkan supaya kerja sama yang dibangun tidak sekadar kerja sama saja.
“Kerja sama yang dibangun juga jangan sembarang kerja sama. Harus yang betul-betul berkualitas. Hubungan person to personnya harus secara prominent (menonjol), ini akan lebih menguntungkan, bahkan periset bisa dibayar,” tandas Wenten sembari mengingatkan patokan dalam melakukan kerja sama adalah dengan ketertarikan keilmuan yang sama.
Berkaitan dengan kondisi penelitian Arkeologi yang ada di Bali, Wenten menambahkan ketika akan mengungkap rahasia sebuah situs purbakala, UNESCO juga perlu mengetahuinya, bahkan mereka bisa menyumbang untuk kegiatan tersebut.
Kekayaan Bali berupa kearifan lokal dan keilmuan nantinya akan menjadi kekayaan bagi seluruh Bangsa. Jika dilihat di Indonesia, bidang Arkeologi contohnya, peradaban yang lebih mengedepankan di bidang maritim seharusnya ada di Indonesia dan menjadi bahan riset tapi tidak di negara lain.
“Sebagai contoh, di Luar Negeri banyak ide-ide cemerlang tetapi mereka kekurangan bukti/evidence/masalah,” jelas Wenten. (za)