SEMARANG, derapguru.com – Penggunaan bahasa yang tidak sehat dalam bermedia sosial berdampak pada rusaknya reputasi dan hubungan sosial. Tidak hanya itu saja, bahasa yang tidak sehat berpotensi memicu konflik dan menumbuhkan perselisihan.
Uraian tersebut disampaikan salah satu Tim Pengabdian Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), R Yusuf SB MA, saat melakukan edukasi kepada masyarakat dengan tajuk besar “PKM Bagi Peserta Didik di SMK 1 PGRI Semarang: Komunikasi Sehat dalam Ranah Sosial Media” di SMK PGRI 01 Semarang, Rabu 17 Mei 2023.
“Selain rusak reputasi, rusak hubungan sosial, memicu konflik, dan menumbuhkan perselisihan, bahasa yang tidak sehat dapat pula mengganggu psikis dan emosional, serta berpotensi menimbulkan masalah hukum,” tandas Yusuf sembari menuturkan bila tim pengabdiannya terdiri atas Mukhlis MPd, Siti Ulfiyani MPd, dan Rawinda FM MA.
Lebih lanjut Yusuf menuturkan, untuk menghindari dampak negatif bahasa tidak sehat, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, di antaranya, berpikir sebelum menulis, menjaga sopan santun, bijaksana dalam mereaksi postingan, dan pahami etika online.
“Bila terjadi masalah atau perbedaan pendapat di medsos, sebaiknya ambil jalur percakapan pribadi. Bila ada konten kurang pantas, sebaiknya di-blokir saja. Jangan lupa pula, perhatikan konten bila kita ingin membagikan sesuatu. Serta ikut terlibat aktiflah dalam edukasi berliterasi di media sosial,” tandas Yusuf.
Sementara itu, Rawinda FM MA menuturkan, ketika seseorang menjadi warganet atau netizen sebaiknya bisa berkaca pada “Troll”. Troll merupakan makhluk kuna dalam mitologi Barat yang tabiatnya begitu offensif, suka memprovokasi, dan senang memicu pertengkaran. Jangan sampai ketika bergabung menjadi warganet kita kemudian berubah menjadi seperti Troll.
“Kita harus bisa menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang baik itu bahasa yang sesuai konteks. Sedangkan bahasa yang benar itu bahasa yang sesuai dengan kaidah. Bahasa yang baik dan benar menghindarkan kita dari penggunaan bahasa yang tidak sehat. Dan sekali lagi, yang perlu diingat, jangan sampai kita menjadi Troll di media sosial,” tandas Rawinda. (za)