
SEMARANG, derapguru.com — Momen-momen bersejarah bagi prodi Bimbingan Konseling (BK) se-Indonesia terjadi di UPGRIS, baru-baru ini. Sebuah asosiasi baru bernama Asosiasi Prodi Bimbingan dan Konseling (APBK) Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dideklarasikan di Auditorium Gedung Pusat UPGRIS Kampus Cipto Semarang.
Deklarasi ini menandai lahirnya Asosiasi Prodi Bimbingan dan Konseling PTS Indonesia yang membuat prodi-prodi BK PTS se-Indonesia berhimpun. Lahirnya asosiasi ini juga menandai semakin diperkuatnya ikatan dan tata kelola dalam prodi BK PTS.
Ketua Panitia Kegiatan, Dr Dini Rakhmawati MPd, menyampaikan bahwa lahirnya asosiasi merupakan bentuk ikhtiar bersama untuk memperkuat tata kelola akademik dan marwah profesi konselor. Ada 1.158 peserta (luring & daring) dan ada 53 Program Studi BK dari 53 Perguruan Tinggi Swasta dari ujung barat sampai timur Indonesia hadir dan berkomitmen menjadi bagian dari asosiasi ini.
“Jumlah yang bergabung tersebut jangan hanya dipandang sebagai angka. Tapi sebagai representasi “53 Gudang Ilmu” yang barisan pakar dengan ribuan mahasiswa yang siap bergerak bersama memajukan layanan bimbingan dan konseling,” ungkap Dini.
Dini menambahkan, forum ini juga menjadi momentum kebersamaan setelah selama ini Prodi BK di banyak PTS berjuang sendiri menghadapi tuntutan akreditasi, perubahan kurikulum, dan dinamika mahasiswa yang semakin komplek. Deklarasi ini sendiri mengusung semangat “Sinergi Hebat, Konselor Bermartabat” dilengkapi dengan forum ilmiah yang menghadirkan pembicara Prof Dr Dody Hartanto, Dr Arri Handayani SPsi MSi, Dr Hardi Santosa, Dr Edriz Zamroni, dan Dr Eko Susanto.
“Asosiasi Program Studi BK PTS ini diprakarsai oleh empat perguruan tinggi, yakni Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Muria Kudus (UMK), dan Universitas Muhammadiyah Metro Lampung. Para penggagas mengajak seluruh Prodi BK PTS menjadikan asosiasi ini bukan sekadar organisasi formal di atas kertas, melainkan “rumah bersama” untuk saling berbagi beban, saling menguatkan, dan berkolaborasi dalam jangka panjang,” ungkap Dini.
Sementara itu, Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan, Dr Hardi Santosa MPd, menyampaikan bahwa asosiasi ini sebagai wadah perjuangan kolektif untuk mewujudkan standardisasi mutu, tata kelola akademik yang unggul, serta kurikulum yang adaptif terhadap perkembangan zaman.
“Asosiasi diarahkan untuk memperkuat jejaring riset dan pengabdian masyarakat, menjadi mitra strategis pemerintah dalam penguatan regulasi, serta menjaga marwah profesi bimbingan dan konseling berdasarkan nilai luhur dan kode etik profesional,” urai Hardi.
Hardi menambahkan forum ini juga menjadi wadah untuk penyelarasan desain kurikulum yang menstandarisasi pelayanan pendidikan secara professional berdasarkan kode etik dan nilai–nilai luhur dengan kualitas unggul. Di luar itu, proses standardisasi kurikulum yang dilakukan diharapkan juga memperhitungkan kebutuhan lulusan untuk mendampingi peserta didik di sekolah. (za)




