
Aris Kukuh Prasetyo,S.Pd.,M.Pd
Melakukan Refleksi pada momen akhir tahun adalah hal yang jamak dilakukan sebagai bagian dari upaya memperbaiki kekurangan dan kesalahan agar tidak terulang pada tahun berikutnya.
Terkait dengan pelaksanaan Pendidikan tahun 2025, seorang Kepala Sekolah yang pernah meraih Global Teacher Prize dan Global Teacher Ambasador, Aris Kukuh Prasetyo,S.Pd.,M.Pd mengungkapkan pandangannya tentang sejumlah capaian yang dinilai sebagai keberhasilan kebijakan Pendidikan dibawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Disebutkan oleh Kukuh, capaian keberhasilan itu adalah terciptanya pondasi untuk pembelajaran digital di masa depan. Hal ini terlihat dari upaya pemerintah (Presiden Prabowo) memberikan “Interaktif Flat Panel” yang diberikan sebagai hadiah Bersamaan dengan Peringatan Hari Guru Nasional tahun 2025. Selain itu, pemerintah juga mencanangkan pembelajaran “Koding” yang akan diberikan semenjak sekolah dasar. Kemudian juga program penguatan pendidikan karakter yang saat ini di masukan dalam pembelajaran Ko Kurikuler.
Kebijakan yang juga diapresiasi Kukuh adalah pelaksanaan Sertifikasi guru yang lebih massif dalam jumlah lebih besar dengan adanya program Piloting PPG Guru tertentu sehingga guru tidak harus mengikuti perkuliahan secara daring ataupun luring. “Hal ini jelas sangat meringankan guru dalam meraih sertifikasi”, ujar Kukuh menjelaskan. “Kebijakan yang juga perlu diapresiasi adalah terlaksananya Program Sekolah Rakyat dengan baik dan sudah berjalan termasuk seleksi bagi Guru dan Kepala Sekolahnya”, ujar Kukuh menambahkan.
Namun keberhasilan itu bukan tanpa catatan. Guru dari Kota Semarang yang kini menjadi Kepala SDN 2 Gedebeg dan PLT Kepala SDN 1 Gedebeg Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora ini mengungkap juga hal-hal yang dinilainya belum berhasil dituntaskan. Disebutkan, hal yang belum berhasil dilakukan itu adalah kesenjangan antar sekolah dan Daerah masih tinggi, dalam hal ini adalah sarana prasarana yang belum baik di beberapa sekolah dan sarpras yang sangat baik pada sekolah lain.
Berikutnya, penerapan ANBK juga perlu perbaikan karena kualitas pendidikan antara daerah satu dengan yang lain berbeda, namun materi yang diberikan sama maka seharusnya asesmen ini dipegang oleh guru di daerah tersebut. Selanjutnya, peran orang tua masih belum optimal, meskipun ada Gerakan Gemar (Gerakan ayah mengambil raport), dan banyak hal lain namun peran orang tua masih belum terlihat nyata di sekolah. Dalam hal ini bukan hanya tentang mendukung sarana prasarana namun lebih kepada komunikasi dua arah dalam mendidik siswa.
Aris Kukuh Prasetyo juga menyoroti dan prihatin dengan kekerasan di lingkungan pendidikan yang masih sering terjadi. Kemudian juga singkronisasi Seleksi Nasional berdasarkan prestasi masih bermasalah di tahun 2025, sehingga beberapa siswa berprestasi tidak bisa melanjutkan Pendidikan sesuai harapan, serta masih tingginya angka Putus Sekolah.
Solusi
Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi persoalan diatas? Menurut Aris Kukuh, perlu adanya Pemberian Revitasliasi Pendidikan dan dikembangkan lebih luas agar dampaknya bisa di rasakan seluruh rakyat Indonesia. Kemudian terkait ANBK perlu dibuat lebih focus pada perbaikan kemampuan peserta didik bukan hanya untuk capaian di Raport Pendidikan. Untuk peningkatan peran orang tua siswa, Kepala Sekolah perlu mendukung kebijakan agar sekolah bisa berkomunikasi baik dengan orang tua. Dan untuk menghidari bullying, Satgas anti buli perlu di kembangkan dan Pendidikan anti buli perlu di tingkatkan. Selanjutnya, perlu ada mekanisme yang lebih mudah agar semua peserta didik dapat terlayani dengan baik, dan berikutnya untuk mengatasi anak tidak sekolah, perlu adanya pendataan ATS dan pemberian Paket Belajar yang lebih massif.
Untuk pendidikan yang lebih baik pada tahun 2026, menurut Aris perlu adanya kebijakan pemerintah, yaitu penguatan Kurikulum dan berbagai aspek yang mendukung, termasuk pelatihan guru untuk deep learning dan berbagai metode pembelajaran yang menyenangkan. Kemudian peluasan pemberian Beasiswa PIP, perbaikan sarana prasarana dan penyediaan Pendidikan Inklusif bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Berikutnya Redistribusi Guru yang terlalu menumpuk di Pulau Jawa, dan perlu adanya insentif khusus bagi guru yang mengajar di pedalaman. Kesejahteraan guru juga perlu diperhatikan, dan dengan kenaikan bertahap akan mengurangi dampak laju inflasi yang di rasakan guru.
“Pada sisi yang lain, guru juga harus lebih Peka, banyak masalah kekerasan dan perilaku tidak baik siswa karena guru kurang peka terhadap masalah siswa”, ujar Aris Kukuh Prasetyo mengingatkan.
Selain itu, guru juga harus adaptif, inovatif dan berfikir tumbuh. Artinya dengan berbagai fasilitas yang diberikan pemerintah guru harus mampu mendayagunakan. Meskipun saat ini pelatihan tidak menjadi acuan kenaikan golongan namun sebagai guru harus terus belajar di sekolah, mengikuti pelatihan dan jika perlu kualifikasi Pendidikan juga ditingkatkan. Guru juga harus menjalin kerjasama yang baik dengan orang tua, termasuk menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan konteks masalah yang di hadapi di lingkungan sekitar.
Untuk mewujudkan Indonesia emas 2045, Aris Kukuh Prasetyo, memberikan kata kunci, yakni “Insan Maju” “Ini adalah akronim dari INovatif, Sinergi, AmaNah, Mandiri, Adaptif dan JUara”, ujar Aris Kukuh menjelaskan. (pur)




