
SEMARANG, derapguru.com — Kegiatan kuliah selalu identik dengan pembelajaran di kelas dengan setumpuk teori yang bikin kepala pusing. Dan memang begitulah semestinya. Sebab ada kata bijak dari Tiongkok yang mengatakan, bila kalian tak mampu menahan pahitnya belajar, kalian harus mampu menanggung pahitnya kemiskinan.
Tapi situasi kuliah yang begitu-begitu saja, kini mulai diinovasi oleh Pusat Pengembangan Mata Kuliah Umum (MKU) Lembaga Pengembangan Pembelajaran (LPP) UPGRIS. Kuliah yang dirancang berbasis “project” diakhiri dengan perayaan “Festival MKU 2025” di Balairung UPGRIS Kampus Cipto Semarang, Kamis 18 Desember 2025.

Festival yang digelar kali kedua ini, menyuguhkan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan talkshow, pameran poster karya mahasiswa dan beberapa perlombaan di antaranya video iklan layanan masyarakat dan lomba poster.
Kepala Pusat Pengembangan MKU, Sunan Baedowi SPdI MSI, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan rutin tahunan. Festival ini menjadi puncak dari project Mata Kuliah Umum (MKU) yang terdiri atas Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PPKn, Pancasila, Pendidikan Agama Islam, dan Ke-PGRI-an.
“Ini adalah cara kami menginovasi pembelajaran menjadi lebih menarik dan terukur,” tutur Sunan Baedowi.
Sunan Baedowi menambahkan, tidak hanya menginovasi mata kuliah, kampus UPGRIS juga telah memasukkan muatan-muatan khusus terkait dengan 5A. 5A merupakan singkatan dari Anti-intoleransi, Anti-Bullying, Anti-Kekerasan Seksual, Anti-Korupsi, dan Anti-Narkoba.
“Khusus tahun ini kami mengangkat tema besar ‘Generasi Unggul Bebas Narkoba’. Seminar yang kami gelar juga menghadirkan pembicara dari Badan Narkotika Nasional (BNN),” tutur Sunan.

Wakil Rektor I UPGRIS, Dr Muniroh Munawar MPi MSi, memberikan apresiasi tersendiri atas inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh pengelola MKU. Inovasi dalam MKU ini telah sesuai dengan arahan Dikti untuk mengubah mata kuliah yang semula bersifat teoretik menjadi mata kuliah berbasis project.
“Mata kuliah ini yang tadinya hanya sekedar ceramah saja di kelas, mahasiswa hanya dapat teori saja, sekarang teman-teman sejak semester satu sudah dikirim ke lapangan, ada yang ke sekolah, ada juga yang membuat project tertentu,” ungkap Muniroh. (za)



