
Semarang, derapguru.com. Pelatihan Bakal Calon Kepala Sekolah (BCKS) 2025 merupakan bagian dari proses seleksi kepala sekolah yang telah diatur dalam Permendikdasmen Nomor 7 Tahun 2025. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah masing-masing untuk membekali peserta yang lulus Seleksi Administrasi dan Seleksi Substansi dengan kompetensi kepemimpinan, manajemen, dan inovasi Pendidikan. Proses seleksi diawali seleksi administrasi mellalui aplikasi KSPS pada bulan Juli 2025, selanjutnya yang dinyatakan lolos mengikuti seleksi subtansi pada bulan Agustus 2025 yang diselenggarakan oleh kemendikdasmen. Demikian diungkapkan, oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Dr Sadimin, S.Pd, M.Eng saat diminta pendapat tentang pelatihan calon kepala sekolah, SMA, SMK, dan SLB dilingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, yang berlangsung tanggal 6 – 15 September 2025. Pelatihan BCKS diikuti oleh 16 peserta dari SMAN (7 orang), SMK (6 orang), dan SLB (3 orang).
Menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, serta tuntutan kemajuan dunia Pendidikan, maka tantangan kepala sekolah menurut Dr Sadimin adalah memastikan guru terus berkembang melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan agar kualitas pengajaran terjaga, mendorong guru berkualitas, memanage keterbatasan anggaran dan sumber daya, pengelolaan tugas administratif yang kompleks, serta adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan digitalisasi. “Selain itu, kepala sekolah juga harus menghadapi tantangan kepemimpinan dalam membangun budaya sekolah yang inovatif, mengatasi masalah disiplin siswa, dan memastikan kesetaraan akses Pendidikan”, ujar Dr Sadimin, menambahkan.
Ditanya tentang pesan dan harapannya terhadap para peserta pelatihan, Dr Sadimin menyatakan, para peserta pelatihan agar terus meningkatkan kompetensi kepemimpinan, kemampuan dalam menciptakan lingkungan belajar yang berkualitas, serta pengembangan diri secara profesional. “Harapan kami kepada para kepala sekolah, mereka dapat menjadi pemimpin yang inovatif, berdampak positif pada peningkatan mutu pendidikan, menciptakan sekolah yang aman dan nyaman, serta mampu membangun kolaborasi dengan seluruh warga sekolah”, kata Dr Sadimin menambahkan.
Dr. Jerry Puspitasari, MPd, salah satu peserta pelatihan BCKS mengungkapkan, kegiatan pelatihan dimulai dengan pembelajaran asinkronus (daring mandiri) menggunakan Learning Management System (LMS) pada tanggal 30 Agustus hingga 5 September 2025. Selanjutnya, pelatihan tatap muka secara luring dengan pengajar diklat dan kepala sekolah mentor dilakukan pada tanggal 6 hingga 15 September 2025 di dua lokasi, yakni di Kota Semarang dan Kota Surakarta. Durasi dan metode pembelajaran ini mengombinasikan fleksibilitas belajar mandiri dan pendalaman tatap muka untuk memaksimalkan pemahaman peserta.

Materi Pelatihan
Materi dalam pelatihan ini, kata Dr Jeery, diantaranya meliputi Penguatan Kompetensi Kepribadian Kepala Sekolah, Pengelolaan Satuan Pendidikan Entrepreneur dalam Kepemimpinan Sekolah, Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Supervisi Akademik, Penguatan Kompetensi Sosial Kepala Sekolah. Pembelajaran mandiri 18 JP, Tatap muka 67 JP, Belajar dengan KS mentor 25 JP, Total keseluruhan ada 110 Jam Pelajaran.
Ada tiga materi yang menurut Dr Jerry Puspitasari membutuhkan waktu dan konsentrasi ekstra untuk memahaminya. Pertama, Materi Pengelolaan Satuan Pendidikan. Materi ini memuat konsep manajemen dan pengelolaan satuan pendidikan yang komprehensif, termasuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sekolah, yang memang memerlukan pemahaman sistemik dan aplikatif. Kedua, materi mengenai Entrepreneur dalam Kepemimpinan Sekolah. “Mengembangkan jiwa kewirausahaan dalam konteks kepemimpinan sekolah, adalah hal baru dan membutuhkan mindset kreatif dan inovatif, sehingga memerlukan refleksi dan diskusi panjang”, ujar Jerry. Ketiga, materi Supervisi Akademik. Supervisi akademik adalah materi yang membutuhkan kecermatan analisis dan keterampilan mengawasi serta membimbing proses pembelajaran. yang bukan hal mudah dipelajari secara teoritis dan praktis. “Ketiga materi ini memiliki alokasi jam tatap muka yang cukup panjang, menandakan kedalaman dan pentingnya topik tersebut dalam persiapan kepemimpinan sekolah”, jelas Jerry menambahkan.
Tantangan Kepala Sekolah
BCKS dari SMAN 1 Jepon Blora yang dikenal sebagai guru “Nyentrik” ini tidak menampik adanya tantangan kepala sekolah di era kemajuan digital dan teknologi. Tantangan itu adalah Menyesuaikan diri dan memanfaatkan teknologi informasi secara cepat dan tepat. Menurutnya,
Kepala sekolah harus mampu memahami dan menggunakan teknologi digital untuk mendukung tata kelola sekolah, pembelajaran, pengawasan, dan layanan pendidikan, tanpa mengorbankan kualitas dan nilai pendidikan.
Berikutnya, mengelola perubahan kepemimpinan yang adaptif, visioner, dan transformative.
Kepala sekolah harus berperan sebagai agen perubahan yang inovatif dan responsif terhadap dinamika dunia pendidikan yang berubah cepat akibat teknologi. Kepemimpinan ini harus mampu mendorong perubahan dalam budaya sekolah dan pembelajaran.
Mengembangkan kompetensi guru dan tenaga kependidikan dalam era digital merupakan tantangan ketiga. Dijelaskan, Kepala sekolah bertanggung jawab dalam pembinaan dan peningkatan kompetensi guru agar bisa mengintegrasikan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar serta administrasi sekolah.
Tantangan berikutnya adalah Menghadapi tantangan keamanan, etika, dan pemanfaatan AI/digitalisasi secara bijak. Peraih gelar doctor Managemen Pendidikan, berlatar belakang Pendidikan sosiologi dan antropologi ini menengarai Era digital juga membawa risiko, sehingga kepala sekolah perlu mengelola dan mengantisipasi dampak negatif dan memastikan lingkungan sekolah tetap kondusif dan beretika. “Hal ini tercermin dari tujuan pelatihan yang ingin menumbuhkan pola pikir kepemimpinan yang visioner, adaptif, dan transformatif dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan, termasuk era digital”, ujar Dr Jerry menambahkan penjelasannya. (pur)




